Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

BERKABUNG 3 TAHUN? REPOT AMAT!

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, B anyak terdapat ayat-ayat dalam kitab suci Ru-Konghucu mengenai perkabungan tiga tahun: untuk siapa perkabungan tiga tahun dilaksanakan, jangka waktu perkabungan tiga tahun, waktu dan persembahyangan mengakhiri perkabungan, perkabungan tiga tahun dan para raja (pemimpin) besar, alasan mengakhiri perkabungan, perkabungan tiga tahun dan jauh dekatnya kasih, perkabungan tiga tahun dalam kaitan dengan laku bakti dan lain-lain. Setelah pada tulisan terdahulu kita membaca mengenai 'Pertanyaan Perkabungan Tiga Tahun' dalam Kitab Liji , tulisan kali ini menyajikan ayat-ayat lain mengenai perkabungan tiga tahun yang dapat kita simak minimal untuk menambah pengetahuan, syukur bila mau menjalankan dengan tulus karena mengerti mengenai hakikat perkabungan. Mari kita simak. Upacara perkabungan merupakan pernyataan kesedihan yang sangat. Adanya pembatasan di dalam kesedihan, itu mengikuti perubahan yang alami. Peraturan itu dibuat oleh seorang Junzi di dala

PERTANYAAN TENTANG PERKABUNGAN TIGA TAHUN

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, P ada zaman sekarang yang serba praktis dan instan, perkabungan tiga tahun semakin jarang dilaksanakan. Orang-orang lebih banyak memilih melaksanakan perkabungan 49 hari, 100 hari, 1 tahun, atau bahkan sama sekali tidak melaksanakan. Bab XXXV Kitab Liji (Catatan Kesusilaan) dengan judul San Nian Wen atau Pertanyaan tentang Perkabungan Tiga Tahun layak kita baca dan renungkan sehingga kita memahami alasan mengapa perkabungan tiga tahun dilaksanakan dan sebetulnya layak dilaksanakan oleh kita sebagai manusia dengan beberapa penyesuaian kecil. Mari kita simak. 1. Apa maksud dilakukan perkabungan tiga tahun? Berbagai peraturan tentang perkabungan itu ditegakkan berdasar harmoninya dengan perasaan manusia. Dengan itu diungkapkan jalinan hubungan di dalam masyarakat; dalam kekerabatan ditunjukkan jauh-dekatnya hubungan dan dalam peringkatnya dibedakan mulia atau rendahnya kedudukan. Ketentuan itu tidak boleh dikurangi atau ditambah; maka disebut, ‘Itulah Jalan

SPIRIT MENGAJAR

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, P erkuliahan secara daring pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan perkuliahan tatap muka. Pada masa yang tidak lama lagi perkuliahan secara daring akan menjadi suatu hal lazim (untuk beberapa mata kuliah) walau pandemi telah berakhir atau setidaknya perkuliahan akan dilaksanakan secara hybrid , kombinasi antara kuliah daring dengan kuliah tatap muka. Bukan hal yang tidak mungkin sekolah pun akan dilaksanakan seperti itu. Perubahan adalah keniscayaan. Sekarang ini masih banyak kalangan yang belum dapat menerima sekolah dan perkuliahan secara daring. Hal yang wajar dan biasa terjadi dalam hampir setiap perubahan. Perubahan menciptakan krisis. Kita sudah mafhum bahwa krisis (weiji) mengandung dua sisi: bahaya dan peluang. Para dosen dan guru perlu membenahi diri dan melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Pembenahan dan adaptasi bukan saja terhadap pemanfaatan teknologi tapi terlebih lagi terhadap metode dan materi yang diajarkan. Kalau