Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

UNTUK APA BERGOSIP DAN MEMBICARAKAN TOPIK TAK RELEVAN

Gambar
Salam Kebajikan, Setelah pada tanggal 20 Oktober 2019 dilaksanakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, pada tanggal 23 Oktober telah dilaksanakan pelantikan Kabinet Indonesia Maju. Dalam kedua peristiwa kenegaraan penting tersebut, banyak pro dan kontra mengiringi. Selalu ada yang setuju dan tidak setuju hampir pada setiap peristiwa. Itu hal yang lumrah. Waktu dan apa yang dikerjakan yang akan membuktikan apakah pilihan yang dibuat tepat atau tidak. Sebagai warga negara, saya hanya perlu mengucapkan selamat bertugas, bekerja keras, dan mengabdi kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih beserta seluruh jajaran kabinet yang sedang terus dilengkapi, semoga apa yang dicita-citakan dalam Pembukaan UUD NRI 1945 dapat terwujud. Saya tak mau ikut berpolemik. Saya juga tak mau menuliskan opini atau ulasan mengenai peristiwa politik dan kenegaraan tersebut dalam blog ini maupun media sosial pribadi saya. Mengapa?  Alasannya: Presiden dan Wakil Presiden serta para M

BUAT APA MEMBANDING-BANDINGKAN DAN MENGKRITIK?

Gambar
Salam Kebajikan, Bagaimana reaksi Anda saat beberapa nilai rapor anak atau cucu Anda 100 (sempurna) dan beberapa yang lain ada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? Apakah Anda spontan memuji nilai 100 ataukah mencela karena tidak mencapai KKM? Apakah Anda bertanya pada anak Anda mengenai nilai kawan-kawannya? Apakah Anda membanding-bandingkan dengan orang lain atau Anda bertanya apakah dia sudah belajar dengan baik sehingga mencapai nilai-nilai tersebut? Reaksi Anda dan bagaimana Anda bertanya akan berbekas dan membentuk kepribadian mereka dalam kehidupannya. Reaksi yang dianjurkan adalah memuji bukan mencela dan bertanya apakah dia sudah belajar dengan baik sehingga mencapai nilai-nilai tersebut bukan membanding-bandingkan dengan nilai teman-temannya. Dengan demikian mereka akan menghargai dirinya serta upaya yang telah dilakukannya. Dan pada saat mereka menghadapi masalah, mereka tidak menyalahkan orang lain tapi berupaya meneliti ke dalam diri untuk memperbaiki

MEMULIAKAN TIAN DAN MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP ITU MELAKUKAN HAL-HAL KECIL DAN SEDERHANA

Gambar
Salam Kebajikan, Ada lebih dari 7 miliar penduduk bumi sekarang ini yang menghuni lebih dari 200 negara di enam benua, suatu jumlah yang besar dan akan terus bertambah. Mengiringi jumlah penduduk yang demikian banyak membawa beberapa persoalan serius dan krusial untuk diatasi. Di antaranya kerusakan lingkungan hidup, perubahan iklim, bertambahnya kebutuhan energi, semakin menipisnya persediaan air bersih dan perlunya ketersediaan makanan serta banyak persoalan lain yang perlu disikapi dengan bijak dan diatasi bersama-sama dengan tindakan nyata. Bukan saja oleh pemerintahan atau lembaga-lembaga dunia, tetapi keikutsertaan masyarakat bahkan individu-individu termasuk Anda dan saya. Hal yang mengejutkan menurut data yang ada, lebih dari 1.3 miliar kg sisa makanan dibuang percuma. Jumlah yang luar biasa banyak dan tidak seharusnya terjadi ditengah banyaknya masyarakat miskin dan kekurangan pangan di berbagai penjuru dunia. Beberapa hari yang lalu diberitakan bahwa pulau Ja

PRIORITAS DAN MENGASAH DIRI

Gambar
Salam Kebajikan, Dalam kehidupan modern yang semakin kompleks dengan berbagai pilihan tersedia, sering kali kita hanyut dalam denyut nafas kehidupan yang semakin hari semakin cepat dan melelahkan. Apa yang Anda lakukan saat Anda mulai merasa jenuh, overheat, stress dan tak lagi punya waktu untuk diri Anda dan keluarga Anda karena kesibukan yang sangat luar biasa? Sudah waktunya Anda menata kembali kehidupan, mengetahui prioritas dan menyesuaikan aktivitas Anda dengan irama alam. Stephen R. Covey dalam buku "7 Habits For Highly Effective People" menganjurkan pada kita untuk memilah aktivitas ke dalam 4 kuadran. Kuadran tersebut dibagi berdasarkan urgent (mendesak)–tidak urgent dan penting–tidak penting. Kehidupan yang efektif adalah kehidupan dalam kuadran 2, yaitu saat sebagian besar waktu kita diprioritaskan untuk mengerjakan hal-hal yang penting dan tidak mendesak (important–not urgent) . Dengan melakukan sebagian besar aktivitas dalam kuadran ini, hi

DIAM ADALAH EMAS

Gambar
Salam Kebajikan, Ada pepatah yang mengatakan "diam adalah emas" , silence is golden. Pepatah sederhana yang seringkali dilanggar.  Dalam banyak situasi, ketidakmampuan mengontrol diri dan melanggar nasihat ini berakibat buruk bagi pelanggar, setidaknya merusak hubungan yang telah terjalin. Di lini masa sekarang ini banyak berseliweran ungkapan perasaan dan opini dari orang-orang, baik mengenai masalah pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, keagamaan, politik, dan kenegaraan. Dari hal-hal 'kecil' seperti kaki terluka sampai hal-hal 'besar' seperti ancaman terorisme. Membaca hal-hal tersebut, kita kadang tersenyum geli, sedih, prihatin, dongkol, gundah gulana, dan berbagai macam perasaan bercampur aduk. Baru-baru ini seorang Dandim dan dua prajurit TNI dihukum karena para istri melanggar kaidah diam adalah emas. Ada dua hal yang diduga dilanggar dalam kejadian ini, yaitu pelanggaran etika dan hukum. Kita mahfum adanya disiplin militer memang leb

CATATAN ATAS CURAHAN HATI PEMUDA

Gambar
Salam Kebajikan, Setelah selesai perkuliahan agama Khonghucu yang saya ampu, seorang mahasiswa menghampiri saya dan mengajak mengobrol atau lebih tepatnya curhat . Pengalaman seperti ini bukanlah hal yang aneh karena acapkali terjadi. Karena masih ada waktu yang cukup longgar sebelum saya memenuhi janji untuk bertemu orang, maka saya menyediakan waktu untuk mendengarkan. Saya pikir sesi curhat dan obrolan yang berulang seperti ini perlu saya beri catatan dalam blog ini. Catatan pertama adalah ada kebutuhan nyata dari para pemuda untuk didengarkan dan diberi kesempatan untuk mengemukakan apa yang dia pikirkan atau rasakan kepada orang yang mau mendengarkan dan dia percaya dapat diajak diskusi atau didengarkan pandangannya. Catatan kedua adalah para pemuda merasa tidak mempunyai banyak pilihan tempat dia dapat menyalurkan curahan hati atau pandangannya. Mereka jarang menemukan rohaniwan atau tokoh agama yang mau menyimak dan mampu memberi jawaban atas persoalan-persoalan

TIGA LEVEL BERAGAMA

Gambar
Salam Kebajikan, Akhir-akhir ini timbul ungkapan untuk apa beragama? Agama membuat kehidupan menjadi tidak harmonis, saling membenci, menegasi, merasa paling benar, bahkan peperangan. Tak sedikit orang menjadi agnostik yaitu orang yang percaya pada Tuhan, tidak pada agama, bahkan ateis. Bagaimana Anda hidup beragama? Apakah Anda mengutamakan:  1. Sisi luar (mengikuti aturan, boleh dan tidak boleh)? 2. Pengkajian, pemahaman, (intelektualitas)? 3. Spiritualitas?  Ketiga pertanyaan ini akan mengantarkan kita pada jawaban mengapa orang meragukan agama. Bila kita melihat fenomena orang beragama sekarang—khususnya di Indonesia—yang menonjol adalah orang-orang menjalankan agama mengutamakan sisi luar yaitu bagaimana berpakaian, ketekunan beribadah, cara bersalam, cara berdoa yang benar, cara menancapkan dupa yang benar, dll. Hal ini disebabkan orang-orang tersebut pada umumnya membaca dan memahami kitab suci secara letterlijk , tanpa melihat konteks; kitab suci

MENURUT KITAB SUCI, TEPAT WAKTU ADALAH UTAMA

Gambar
Salam Kebajikan, Saya seringkali mendapat undangan seminar, FGD, diskusi, workshop , dan kegiatan-kegiatan lain. Ada satu persamaan yang umum terjadi, yaitu acara dilaksanakan tidak tepat waktu. Hanya ada satu dua kegiatan saja yang dilaksanakan tepat waktu. Saya juga telah banyak berkunjung atau diundang ke berbagai daerah di Indonesia untuk menghadiri acara-acara keagamaan Khonghucu, termasuk menghadiri kebaktian untuk beribadah, atau memberi uraian agama (kotbah). Fenomena yang sama seperti acara-acara lainnya terjadi. Di Indonesia 'ngaret' seakan sudah membudaya, tak terkecuali umat Khonghucu. Waktu seakan tidak penting. Padahal waktu sangat penting. Coba tanyakan pada pelari 100 m, pada orang yang selamat dari kecelakaan karena selisih waktu sepersekian detik, atau pada orang yang ketinggalan pesawat. Penyebab 'ngaret' pada umumnya karena masih menunggu pembicara yang belum lengkap atau peserta belum banyak yang hadir. Begitu pun ibadah atau ke