Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

MEMELIHARA SEMANGAT

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, R angkaian peribadahan dan perayaan Tahun Baru Imlek baru saja kita lalui. Suasana Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan mungkin saja menjadi satu-satunya suasana Tahun Baru Imlek 'unik' yang akan kita alami selama hidup kita. Bagi sebagian orang, peribadahan dan perayaan yang dilakukan hanya akan menjadi riak kecil dalam gelombang kehidupan yang akan segera berlalu. Tidak demikian adanya dengan sebagian kecil orang yang tercerahkan, lalu benar-benar mempunyai tekad kuat untuk membaharui diri, mengubah arah, atau memperteguh tekad dalam mengarungi kehidupan.  Bagi mereka, Tahun Baru Imlek akan menjadi gelombang besar perubahan, bukan sekedar riak sekejap. Gelombang besar yang akan membuat mereka mampu fokus berselancar mencatat rekor-rekor baru. Tak mudah menyerah saat mencapai titik terendah, mengantarkan mereka mencapai tujuan. Pada awal proses bisa saja mereka melihat papan skor lawan-lawan tandingny

MEMASUKKAN MUTIARA PADA JENAZAH

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, Selamat pagi suhu... Mau tanya, orang meninggal pas sebelum peti ditutup, orang yayasan ada masukin seperti mutiara ke dalam mulut nya...  Ada yang bilang kalo dimasukin mutiara gitu, nanti dia di alam sana gak bisa bicara ya?  Atau gimana ya... Mohon penjelasannya. Kamsia semua. Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang saya comot dari salah satu grup. Dahulu jenazah hampir setiap orang Tionghoa tentu memperoleh perlakuan seperti ini. Entah sekarang, karena agama dan keyakinan orang-orang Tionghoa semakin beragam. Seperti biasa, jawaban atas pertanyaan di atas pun beragam. Kebanyakan jawaban yang diberikan adalah berdasarkan apa yang mereka dengar dari mulut ke mulut dan tidak tahu darimana sumber asalnya. Contoh jawaban yang saya comot dari grup dan mbah google. Dari grup  facebook : Gini... Totalnya ada 7 mutiara : 2 di mata (biar bisa lihatnya terang) 2 di hidung (biar nafasnya lancar) 2 di kuping (biar bisa dengar) 1 di mulut (biar lancar kl ditanya) Da

PERAYAAN SINCIA HINGGA TIGA TIPE KEPEMIMPINAN

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, B eberapa hari yang lalu saya berkesempatan mengobrol melalui WA Call dengan seseorang yang kalau saya sebutkan namanya, kemungkinan besar Anda pernah mendengar. Saya sebut saja dengan inisial PJA. Saya menghubungi PJA karena ada salah seorang relasi meminta bantuan agar sang tokoh dapat menjadi pembicara di acara yang diadakan komunitasnya. Jadilah kami mengobrol mengenai kondisi negeri ini, termasuk mengenai ketidakhadiran Presiden pada Perayaan Tahun Baru Imlek sebagai Hari Raya keagamaan tapi hadir dalam perayaan etnis. Bagi PJA hal ini dapat menimbulkan masalah serius dalam jangka panjang. Alasannya sederhana karena di Indonesia ada etnis yang lebih besar dari etnis Tionghoa yang bisa saja menuntut hak agar hari raya mereka dijadikan hari libur dan perayaannya dihadiri kepala negara. Contoh kehadiran kepala negara dalam Perayaan Tahun Baru Imlek bernuansa etnis memberi gambaran jelas bahwa di Indonesia kepemimpinan adalah kepemimpinan transaksional

SEMBAHYANG DAN PEMBINAAN DIRI

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, S alah satu tantangan berat dalam menulis artikel keagamaan adalah mengenai gaya tulisan. Kecenderungan gaya tulisan keagamaan, khususnya Khonghucu adalah gaya tulisan yang serius dengan banyak kutipan ayat-ayat. Saya berasumsi gaya penulisan seperti itu membuat orang-orang—terutama anak muda—kurang berminat atau malas membaca. Oleh karena itu saya berupaya menulis dalam gaya tulisan yang berbeda, yaitu sesedikit mungkin menampilkan kutipan-kutipan ayat secara letterlijk dan berupaya mengulas hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi saya berupaya menulis dalam gaya tulisan dengan bahasa yang lebih santai dengan harapan orang-orang, terutama anak muda—mau membaca. Dari sekian banyak tulisan yang saya buat, ada beberapa tulisan yang cukup diminati hingga dibaca oleh ribuan orang. Selebihnya tidak cukup banyak peminat. Walau ada hiburan tersendiri karena ada juga pembaca setia yang selalu menantikan tulisan saya. Mungkin asumsi saya mengenai gaya

SAJIAN SEMBAHYANG: SIMBOLISME DAN SPIRITUALITAS

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, S alah satu ciri khas umat Konghucu dalam melaksanakan persembahyangan adalah sajian di altar. Dalam persembahyangan besar kepada leluhur, seperti chu xi, qing ming, zuo ji, dan sembahyang arwah leluhur di bulan tujuh biasanya ditata sajian lengkap yang terdiri berbagai macam makanan. San Sheng (sam seng) sayuran, buah, kue, makanan dan kue khas, makanan kesukaan orang tua/leluhur, kudapan dan teh atau arak tersaji berderet di meja altar. Pada persembahyangan chu yi dan si wu sajian lebih sederhana tertata di meja altar, biasanya buah-buahan dan masakan rumah serta teh disajikan Untuk persembahyangan pagi dan sore/malam sajian biasanya lebih sederhana kadang hanya teh yang diganti. Pada dasarnya sajian-sajian tersebut melambangkan filosofi dan spiritualitas yin yang . Misalnya air putih (yang) , air teh (yin) , daging (yang) , sayuran (yin) , arak merah (yang) , air (yin) , hio 2 batang, lilin 2 buah dan sebagainya.  Begitu pula, penataan sajian tersebut

NASIHAT BERKAWAN

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, T erdapat 3 arti kata 'berkawan' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang masuk ke dalam kelas kata verba (kata kerja) yaitu mempunyai kawan, bersahabat, bersekutu. Dengan kata lain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata berkawan adalah mempunyai kawan. Arti lainnya dari berkawan adalah bersahabat. Berkawan adalah kawan dengan siapa kita sering berkumpul, menghabiskan waktu, dan melakukan segala sesuatu bersama-sama. Secara tidak langsung kawan sangat mempengaruhi diri pribadi kita. Banyak orang yang menjadi lebih baik karena pengaruh berkawan dengan orang yang baik, namun banyak orang yang terjerumus dalam keburukan karena pengaruh berkawan dengan orang yg kurang baik. Kita boleh berkenalan dengan siapapun, tapi perlu memilih kawan dengan siapa kita berkumpul, menghabiskan waktu, dan melakukan segala sesuatu bersama-sama. Agama Konghucu menyarankan kita untuk menghargai diri sendiri agar berwibawa dan dapat teguh belajar. Upaya

KEBAIKAN DAN FIRMAN

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, D alam perjalanan hidup, tentu kita telah mendapatkan banyak kebaikan. Kebaikan pertama yang kita dapatkan adalah dari orang tua, walau mungkin bentuk dan caranya berbeda-beda bagi setiap orang. Kebaikan kita terima pula dari keluarga, orang tua angkat, tetangga, teman, guru, kolega, relasi, pemerintah, dan lain-lain. Bermacam bentuk kebaikan yang telah dan akan kita terima dalam kehidupan kita. Kebaikan tidak selalu berbentuk materi. Pada dasarnya manusia suka akan kebaikan.  Kok bisa?  Ya karena manusia terlahir baik adanya. Itu bukan kata saya tapi kata Yasheng Mengzi . Manusia suka akan keelokan dan membenci bau busuk. Betul kan? Atau Anda lebih suka bau busuk? Saya yakin tidak. Coba Anda jawab dalam hati pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa sikap Anda saat orang lain memberi tahu kesalahan yang Anda lakukan? Apa sikap Anda saat melihat orang berbuat baik? Apa sikap Anda saat mendengar kata-kata yang baik? Apa sikap Anda saat orang memberi saran yang baik

MERDEKA BELAJAR – KAMPUS MERDEKA

Gambar
Salam Kebajikan,  惟德動天, S ebentar lagi perkuliahan Semester Genap akan dimulai. Tanpa terasa saya memasuki tahun kesebelas mengajar Mata Kuliah Agama Konghucu di Universitas. Dimulai dari mengajar sebagai dosen tidak tetap di Universitas Tarumanagara Jakarta, akhirnya saya pernah dan masih mengajar di beberapa universitas.  Sebut saja: Universitas Andalas Padang, BSI Tasikmalaya, Universitas Pamulang Jakarta, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, Universitas Gunadarma Jakarta, Universitas Pancasila Jakarta, dan tentu saja Universitas Tarumanagara Jakarta. Saya pernah ditawari untuk mengajar Character Building di Bina Nusantara Jakarta dan mengajar Agama Konghucu di Universitas Terbuka, tapi karena kesibukan saya, saya tidak bersedia dan saya limpahkan ke orang yang lebih muda. Akhir tahun lalu, saya memutuskan pindah ke Bandung, sehingga semester ini kemungkinan besar merupakan semester terakhir saya mengajar Universitas di Jakarta. Itupun karena pandemi, perkuliahan masih di