CATATAN ATAS CURAHAN HATI PEMUDA

Salam Kebajikan,

Setelah selesai perkuliahan agama Khonghucu yang saya ampu, seorang mahasiswa menghampiri saya dan mengajak mengobrol atau lebih tepatnya curhat. Pengalaman seperti ini bukanlah hal yang aneh karena acapkali terjadi. Karena masih ada waktu yang cukup longgar sebelum saya memenuhi janji untuk bertemu orang, maka saya menyediakan waktu untuk mendengarkan.

Saya pikir sesi curhat dan obrolan yang berulang seperti ini perlu saya beri catatan dalam blog ini.

Catatan pertama adalah ada kebutuhan nyata dari para pemuda untuk didengarkan dan diberi kesempatan untuk mengemukakan apa yang dia pikirkan atau rasakan kepada orang yang mau mendengarkan dan dia percaya dapat diajak diskusi atau didengarkan pandangannya.

Catatan kedua adalah para pemuda merasa tidak mempunyai banyak pilihan tempat dia dapat menyalurkan curahan hati atau pandangannya. Mereka jarang menemukan rohaniwan atau tokoh agama yang mau menyimak dan mampu memberi jawaban atas persoalan-persoalan yang dia hadapi.

Catatan ketiga adalah para pemuda telah mencoba untuk mengemukakan curahan hati atau pandangannya tapi tak mendapat jawaban yang memadai atas kegalauannya dari orang yang diajak bicara.

Catatan keempat adalah para pemuda merasakan adanya kesenjangan antara pembahasan ayat ayat dalam kitab suci yang dia dengarkan saat beribadah dengan persoalan yang dia hadapi dalam kehidupannya. Saat dia bertanya, dia disodorkan ayat-ayat suci yang dia sendiri kurang paham. 

Catatan kelima adalah adanya perbedaan cara pandang antara pemuda yang terdiri dari generasi millenial dan generasi z dengan tokoh-tokoh dan rohaniwan.

Catatan keenam adalah karena pemuda tak menemukan jawaban yang pas, mereka mencari pandangan-pandangan dari internet. Pada kenyataannya pandangan-pandangan dalam internet berasal dari budaya, cara berpikir dan agama yang berbeda.

Catatan ketujuh adalah para pemuda kehilangan kepercayaan diri untuk mengemukakan identitas agamanya lebih karena takut ditanya pandangannya terhadap suatu persoalan dari kaca mata agama yang dianutnya (Khonghucu).

Catatan kedelapan adalah para pemuda berpindah keyakinan karena mereka lebih menemukan jawaban dalam acara-acara atau ibadah agama lain.

Catatan kesembilan adalah para pemuda merasa acara-acara seperti camp kebajikan atau dispenkasi dan ibadah yang selama ini dia ikuti tidak memberi nilai tambah terhadap kehidupannya karena materi yang dibahas itu-itu saja dan tidak relevan dengan kehidupan yang dia jalani. Dengan demikian mereka menjadi malas untuk hadir dalam acara keagamaan dan peribadahan.

Catatan kesepuluh adalah perlu adanya upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi yang ada, hal yang sangat penting adalah dilakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas para pengasuh sekolah minggu, guru, dosen dan rohaniwan agar materi yang disampaikan tidak itu-itu saja tetapi lebih relevan dengan kehidupan dan issue-issue terbaru seperti gender, lingkungan hidup, keluarga, aborsi, LGBT, dan lain-lain.

Catatan kesebelas adalah adanya kesenjangan berpikir dan pandangan antara para pemuda (generasi millenial dan z) dengan orang tua. Orang tua kurang memahami cara pandang putra putrinya dan terkesan mendikte pandangannya atau sekedar menyuruh pemuda membaca kitab suci tanpa memberi bimbingan mengenai ayat-ayat yang dimaksud. Dalam situasi ini pelatihan 'parenting' semakin diperlukan untuk mengurangi kesenjangan dan dengan demikian para pemuda tidak mudah goyah oleh pandangan-pandangan yang berasal dari budaya, cara berpikir dan agama berbeda.

Demikian sebelas catatan yang berhasil saya himpun dari beberapa kali menyimak pemikiran dan curahan hati para pemuda. Di sinilah pentingnya kemauan untuk menyimak dengan menjadi pendengar yang baik. Dengan mendengarkan, setengah persoalan yang dirasakan dan dipikirkan oleh pemuda (dan orang lain) terselesaikan.

Selebihnya adalah bagaimana upaya kita menambah wawasan dengan banyak membaca dan berdiskusi agar menjadi manusia yang relevan dan mampu membumikan agama. (US) 11102019

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG