MEJA ABU LELUHUR

Salam Kebajikan.

Jaman sekarang, seringkali saya mendengar orang tua mengatakan kepada anak-anaknya untuk tidak usah memelihara meja abunya saat dia berpulang. Alasan yang nampak sangat bijaksana adalah karena orang tua tersebut tidak mau merepotkan anak-anaknya dan takut kalau memelihara meja abu, nanti anak-anak dan keturunannya tidak bisa menyembahyangi setiap hari dan setiap tanggal 1 dan 15 sehingga meja abu tidak terpelihara dengan baik, maka daripada seperti itu lebih baik tidak usah ada meja abu. 


Sepintas lalu alasan itu sungguh bijaksana dan penuh pengertian dari seorang orang tua pada anak-anaknya.



Tapi saya sendiri kurang sependapat. Cara berpikirnya terbalik. Pertanyaannya adalah lebih baik mana tidak ada sama sekali dengan ada dan kadang lupa untuk menyembahyangi? Kalau seandainya sudah tidak ada, bagaimana kalau kelak anak cucu ingin menyembahyangi?

Walau sebetulnya kurang baik. Tapi saya berpandangan lebih baik kadang sembahyang terlewatkan dan dengan sajian sederhana, seadanya dibandingkan tidak memelihara abu orang tua sehingga tidak menyembahyangi dan mendoakan.

Memelihara abu orang tua mempunyai beberapa tujuan. 
Pertama, anak-anak dapat menyembahyangi dan mendoakan agar orang tua yang berpulang tenang dan damai dalam kemuliaan kebajikan Tian. Doa seorang anak berbakti akan membantu orang tua Pei Tian, karena arwah orang tua tenang melihat anak-anaknya berbakti. Berbakti disini bukan hanya sekedar sembahyang dan doa, tapi juga diwujudkan anak dengan menegakkan diri dalam kehidupan, menjadi anak yang membanggakan orang tua dengan prestasi dan perbuatan bajiknya. 


Kedua, anak-anak dapat 'berkomunikasi' mencurahkan isi hatinya (curhat) kepada orang tua yang diyakini masih ada dalam wujud rohani, walau secara jasmani tidak terlihat lagi. 



Ketiga, sebagai sarana pendidikan bagi anak-anak untuk berbakti kepada orang tua dan sarana pendidikan bagi anak-anak untuk menjalankan ajaran agama. Dalam hal pendidikan ini, sebagai orang tua tentu perlu memberi keteladanan dalam bersembahyang.


Dengan ada meja abu, anak-anak juga belajar mengenai li, kesusilaan, menyadari bahwa bersembahyang pada Tian juga tak kalah pentingnya sebelum dia bersembahyang mendoakan orang tua dan leluhur agar dapat tenang dan damai dalam kemuliaan kebajikan Tian, dan akhirnya Pei Tian.

Jadi renungkan dan periksa kembali anjuran pada anak-anak untuk tidak memelihara meja abu karena alasan merepotkan dan takut tidak dipelihara.

Bagaimana kalau seandainya cucu, cicit atau keturunan entah keberapa ingin menyembahyangi dan mendoakan leluhurnya dan altar leluhur sudah tidak ada. Kadang dalam hal memelihara abu leluhur, menurut saya lebih baik bersikap bagaimana nanti (mungkin tidak disembahyangi dan dipelihara dengan baik) daripada nanti bagaimana (sehingga menganjurkan anak untuk tak usah memelihara abu).

Tahu akar itu penting. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG