MEMBERI DAN MENERIMA

Salam Kebajikan,

Saya sering mendengar dan membaca tentang prinsip yang sangat populer dalam masyarakat 'take and give' dan 'give and take'. Prinsip ini seringkali dipertentangkan satu dengan lain. Banyak buku mengatakan bahwa hidup janganlah take and give, menerima baru memberi tapi seharusnya give and take, memberi untuk menerima.

Tak ada yang salah pada kedua prinsip tersebut saat diterapkan dalam dunia bisnis, tergantung tingkat kepercayaan pebisnis pada pembeli atau tingkat kepercayaan pembeli pada pedagang. Bahkan akhir-akhir ini dalam bisnis online ada online shop yang berani mengirimkan barang pada pemesan dan pemesan membayar saat barang diterima pembeli dan pembeli merasa cocok walaupun pembeli tak dikenal sebelumnya. Online shop itu 'percaya' pada semua pembeli. Tanpa kedua prinsip ini bisnis tak akan berjalan dengan baik.

Beberapa tahun yang lalu saya membeli buku berjudul 'Memberi untuk Mendapat Lebih Banyak', dan membacanya hingga tuntas, buku bagus yang mendorong pembaca untuk mempraktikkan kebiasaan memberi karena banyak hal yang bisa diberikan oleh siapapun baik yang sedang berkecukupan maupun yang sedang kekurangan.

Memberi dapat menyodorkan manfaat: 
1) menciptakan perbedaan positif pada orang lain 
2) dari segi emosi, fisik, dan  bahkan keuangan 
3) membantu mencapai potensi diri sepenuhnya 
4) membuat orang merasa lebih bermakna, genap dan bahagia.

Memberi bukanlah sekedar hal-hal yang bersifat materi. Orang-orang yang sedang menghadapi masa sulit atau saat hati sedang terluka justru dianjurkan untuk memberi karena memberi akan menciptakan energi yang dapat membantu melalui masa-masa sulit tersebut.

Apa pun dan berapa pun yang saya dan Anda berikan dengan sepenuh hati dan niat baik akan menggerakkan suatu kekuatan dahsyat, dan kalaupun tidak ada hal lain, dengan memberi akan merasakan kepuasan seketika itu juga. Memberi di saat sulit akan memudahkan memberi di saat senang. Memberi di saat sulit kadang dapat meringankan kesulitan itu dan memberi hasil-hasil tak terduga. Memberi senyuman pada orang lain adalah praktik sederhana tanpa modal yang bisa dilakukan pada siapa pun, begitu pula memberi pujian. Waktu yang tepat untuk memberi adalah sekarang dan dapat dilakukan pada diri sendiri.

Dalam perkuliahan, mahasiswa sering bertanya pada saya tentang prinsip hidup yang membawa kebahagiaan. Agama Khonghucu bertujuan memanusiakan manusia, to be human. Artinya manusia yang hidup menjalankan kemanusiaannya, Tian yang Maha Esa telah menganugerahkan kemanusiaan dalam diri manusia berupa benih-benih kebajikan dan nafsu. Kembangkan kebajikan sehingga kebajikan bercahaya semakin terang, dan kendalikan nafsu dalam batasnya.

Dalam hal semangat memberi, agama Khonghucu mengajarkan pada umatnya prinsip 'karena saya telah banyak menerima maka saya sejatinya dipenuhi semangat memberi'.

Ada satu contoh klasik yang selalu saya kemukakan dalam menjelaskan semangat memberi ini, yaitu tentang anugerah kelahiran kita sebagai manusia dari Tian melalui orang tua yang patut kita renungkan bersama.

Pada saat dalam kandungan mama selama 9 bulan 10 hari, apakah mama dan papa sambil menepuk perut tempat janin Anda berada dan mengatakan, "Hey, Bayi! Nanti kalau Kamu terlahir ke dunia mesti bayar uang sewa selama berada di perut mama ya? Awas kalau tidak bayar!".

Saat akhirnya Anda terlahir, apakah mama papamu mengatakan, "Nah kamu sudah keluar dari perut mama. Ayo bayar!" Lalu dokter, bidan atau dukun beranak akan memotong ari-ari dan membersihkan kamu hingga kamu menangis ooooaaa dan kamu dirawat hingga pulang ke rumah barumu, apakah mama papamu menagih semua ongkos perawatan?

Setelah itu kamu dirawat dan dipelihara  siang dan malam, diajari makan, jalan, dibelikan popok, baju, celana, sepatu, mobil-mobilan, boneka, disusui, disekolahkan hingga kamu menginjak remaja, apakah mereka mengumpulkan kuitansi tagihan untuk kelak ditagihkan kepadamu?

"Tidak, Pak", itu jawaban sebagian besar bahkan semua mahasiswa saya, apakah dia anak kandung atau (mungkin) anak angkat yang dikandung oleh ibu yang lain yang kebetulan menjadi mahasiswa saya.

Ketika hal yang sama saya tanyakan kepada umat saat saya memberi kotbah dan diskusi, jawabannya sama. Semua sepakat, tidak.


Dalam kehidupan ini, kita telah begitu banyak menerima dari orang lain, kita juga telah begitu banyak menerima dari Tian, Tuhan kita. Sayang, seringkali kita lalai mensyukuri, merasa kurang dan kurang dalam kehidupan kita sehingga merasa tidak bahagia.

Andaikan saja oksigen yang kita hirup setiap saat dalam kehidupan kita berbayar seperti oksigen di rumah sakit, mana sanggup kita membayarnya. Buktinya kita hidup karena oksigen gratis yang disediakan Tian di alam ini. Kita telah begitu banyak menerima limpahan kasih Tian yang seringkali tidak kita syukuri pula. Alam menyediakan begitu banyak untuk kita.

Kita telah banyak menerima dari orang tua kita, dari orang-orang sekitar kita, dari alam tempat kita hidup dari Tuhan kita. Maka kenapa kita tidak memberi sebagai rasa syukur kita? Sewajarnya saya memberi bukan karena mengharapkan menerima lebih banyak, karena saya telah begitu banyak menerima, maka karena rasa syukur saya atas apa yang saya terima, saya memberi lebih banyak.

Dalam prinsip saya sebagai umat Khonghucu tidak lagi berpikir seberapa besar yang akan saya tuai setelah saya menabur, tapi rasa syukur saya atas apa yang telah saya terima mengantarkan saya pada ketulusan dan keikhlasan menerima firman. Dengan semangat ini saya belajar menjadi manusia yang dipenuhi ketulusan dan kejujuran, manusia yang dipenuhi iman. Luar biasanya semangat seperti ini yang penuh keberkahan.

Itulah hakikat kemanusiaan yang diajarkan dalam agama Khonghucu yang saya yakini. 

Saya belajar menjadi manusia yang menjalankan kemanusiaan.
Learning to be human. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG