PRINSIP-PRINSIP DALAM AGAMA KHONGHUCU

Salam Kebajikan,

Dalam pengalaman hidup saya, acapkali kawan-kawan saya yang beragama berbeda memberi penilaian agama Khonghucu yang saya anut dari kacamata keyakinan agama yang dipeluk oleh mereka, padahal disamping terdapat nilai-nilai universal yang sama, masing-masing agama mempunyai perbedaan. Tak sepatutnya seseorang memberi penilaian terhadap agama orang lain dengan kacamata keyakinan yang dianutnya.

Coba kita renungkan beberapa prinsip dalam agama Khonghucu yang mungkin berbeda dengan prinsip dalam agama lain:
  1. Agama Ru-Khonghucu senantiasa mengajarkan umatnya untuk melakukan sesuatu setahap demi setahap.
    - Untuk mendaki tempat tinggi, dimulai dari bawah; untuk mencapai tempat jauh dimulai dari dekat.
    - Cheng (iman) tidak dimaksudkan hanya untuk menyempurnakan diri pribadi semata, tetapi pada akhirnya menyempurnakan segenap wujud.
    - Pengetahuan sempurna dicapai dengan belajar setahap demi setahap.
    - Damai di dunia dimulai dari meneliti hakekat tiap perkara.
    - Berhasil dimulai dari menetapkan tujuan.
    - Untuk mengenal dan mengabdi pada Tian dimulai dengan menyelami hati, merawat Watak Sejati.
  2. Agama Ru-Khonghucu mengajarkan pada umat agar menempatkan yang pokok sebagai pokok, yang ujung sebagai ujung, bukan sebaliknya.
    - Laku Bakti dan Rendah Hati mengawali kebajikan-kebajikan lain.
    - Harta kekayaan adalah ujung, kebajikan adalah Pokok.
    - Tidak khawatir orang tidak mengenal dirinya, tetapi khawatir kalau tidak dapat mengenal orang lain.
    - Anugerah pemberian Tian lebih penting dari pada anugerah pemberian manusia.
    - Untuk mengenal hal setelah mati perlu mengenal hidup terlebih dahulu.
    - Mengabdi pada manusia terlebih dahulu sebelum dapat mengabdi pada Roh.
  3. Dao tidak dimaksudkan jauh dari manusia, yang jauh dari manusia bukanlah Dao.
  4. Orang lah yang harus mengembangkan Dao, bukan Dao yang mengembangkan orang.
  5. Hal-hal yang dibicarakan disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan seseorang.
  6. Karena sejak lahir manusia telah menerima Xing (Watak Sejati), Firman Tian dalam dirinya, agama Khonghucu mengajarkan: Hidup adalah anugerah yang perlu di-syukuri, bukan dosa yang diemban atau penderitaan yang perlu ditanggung.  
  7. Kesadaran untuk hidup sesuai Hukum Tian, hidup di dalam Dao, mengikuti Watak sejati bukan karena (semata-mata) takut akan hukuman, tetapi rasa syukur atas anugerah Tian pada dirinya. Dengan tanpa dipikir-pikir lagi kata dan perbuatan senantiasa selaras dan sesuai. Inilah Iman.
  8. Menempatkan hal yang pokok sebagai pokok dan menempatkan hal yang ujung sebagai ujung adalah Hukum Tian yang wajib diikuti manusia untuk meng-hindarkan manusia dari kesesatan dan kebingungan.
  9. Sesuai pandangan Nabi Kongzi, agama Ru-Khonghucu mempunyai pandangan sendiri mengenai orang yang telah mati. Nabi bersabda, “Terhadap orang yang telah mati, bila memperlakukannya benar-benar sama sekali sudah mati, itu tidak berperi Cinta-Kasih, maka jangan dilakukan. Terhadap orang yang sudah mati, memperlakukan seperti benar-benar masih hidup, itu tidak bijaksana dan janganlah dikerjakan. Maka wadah yang dibuat dari bambu (untuk perlengkapan upacara pe-makaman) dibuat tidak sempurna untuk digunakan; periuk untuk mencuci tidak dibuat sempurna untuk digunakan; kayu yang digunakan tidak sempurna terukir. Qin Se 琴瑟 (Kecapi dan celempung) dapat berbunyi, tetapi rancu nada; seruling dibuat lengkap, tetapi tidak harmonis; lonceng dan batu musik disiapkan, tetapi tanpa kuda-kuda. Semua itu dinamakan Ming Qi 明器 (peralatan sembahyang) …. Dengan demikian, orang yang mati diperlakukan sebagai Shen Ming”. (Li Ji Bab Tan Gong III: 3. Dari ayat ini timbullah budaya membuat barang-barang dari kertas bagi orang yang meninggal dunia, seperti rumah-rumahan, orang-orangan, mobil-mobilan, dan sebagainya).
  10. Agama Khonghucu mempunyai cara berpikir dan spiritualitas sendiri yang digambarkan oleh Prof. Lee T. Oei sebagai “Hubungan antara surga dan dunia dalam agama Ru-Khonghucu seperti juga agama-agama ‘Timur’ lain - bukan hubungan yang saling berlawanan, terpisah dan serba dua, tetapi suatu kesinambungan yang saling berkaitan, kerjasama, gotong royong, saling melengkapi dan membangun bergaya yin-yang, tidak bertentangan secara eksklusif”
Bertolak dari pemahaman pada prinsip-prinsip inilah, kita akan dapat menempatkan agama Khonghucu dalam perspektif yang tepat dan tidak mudah memberi penghakiman seperti yang sering kali saya alami. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG