TAHUN BARU

Salam Kebajikan,

Beberapa tahun yang lalu saya membaca buku tebal berjudul The Black Swan yang ditulis oleh Nassim Nicholas Taleb. Buku tersebut pada dasarnya menceritakan bagaimana Nassim menjadi kaya raya dari bisnis keuangan dan dia mempunyai strategi yang tidak lazim dalam bisnis keuangan.

Strateginya membutuhkan kesabaran yang luar biasa terhadap 'kerugian' (di atas kertas) yang ia derita hingga datangnya peristiwa luar biasa yang memang dia tunggu, dia memperoleh apa yang dia tuju yaitu memperoleh keuntungan yang besar, dia menjadi kaya raya di saat pialang lain bangkrut bahkan ada yang bunuh diri karena melakukan spekulasi yang terlalu berani karena serakah.

Saya bukan seorang ahli keuangan akan tetapi saya sudah membeli buku tersebut. Dalam kamus saya, kalau saya membeli buku, maka saya akan membaca buku yang saya beli sampai halaman terakhir. Perlu perjuangan luar biasa untuk menghabiskan membaca  buku tersebut. Tapi akhirnya saya berhasil membacanya sampai habis.

Nassim menganalogikan peristiwa luar biasa yang terjadi dan memang dia prediksi pasti terjadi sebagai black swan (angsa hitam) yang dia jadikan sebagai judul bukunya.

Pada umumnya orang-orang (mungkin anda juga?) saat ditanyakan mengenai angsa, akan menjawab angsa itu berwarna putih, padahal angsa tidak selalu putih, di Australia ada angsa berwarna hitam.

Pada saat saya membaca buku tersebut, saya pun belum pernah melihat angsa berwarna hitam, kecuali foto yang ditampilkan dalam buku tersebut. Beruntung beberapa saat setelahnya saya dapat melihat angsa hitam di Taman Mini Indonesia Indah, tak perlu jauh-jauh terbang ke Australia. 

Kita sering menyimpulkan sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat dan meyakini apa yang kita lihat dan alami adalah kebenaran satu-satunya. Padahal ada yang belum kita lihat yang mungkin saja  berbeda dari apa yang pernah kita lihat. Kalau seandainya angsa hitam pernah kita lihat, tentu kita tak akan menjawab angsa itu putih dan bila berwarna lain bukan angsa. Kalau tetap menyatakan angsa itu putih, maka kita tidak jujur karena ada kepentingan atau perlu membasmi angsa hitam agar pernyataan kita benar. Selama ada angsa hitam, tak bisa kita menyatakan bahwa angsa itu putih kalau hitam bukan angsa.

Di Indonesia akhir-akhir ini ada fenomena menarik saat akan memasuki tahun baru imlek atau xin nian. Selalu ramai pernyataan bahwa tahun baru imlek adalah budaya. Tahun baru imlek adalah tahun baru orang Tionghoa, Chinese New year. Tak ada kaitan dengan agama.

Untuk memperkuat argumen, dikemukakan berbagai alasan. Misalnya penanggalan imlek adalah Huang Di Era, Huang Di adalah nenek moyang bangsa Tionghoa. Ada juga yang mengemukakan argumen berdasarkan surat keputusan presiden tentang hari libur nasional Tahun Baru Imlek diktum kedua. Ada juga yang berargumen berdasarkan ucapan yang umum dipakai 'happy chinese new year'. 
Angsa itu putih, kalau hitam bukan angsa.
Sayangnya di Indonesia hari libur hanya ada hari libur nasional dan hari libur agama, tak ada hari libur etnis.


Bagi umat Khonghucu seperti saya, tahun baru imlek adalah salah satu hari raya keagamaan berdasarkan kitab sishu wujing, dikuatkan oleh catatan sejarah yang telah berusia ribuan tahun dan tak luput dari kultus dan ritus keagamaan yang menyertai perayaan ini.


Saya meyakini bahwa anjuran zhisheng Kongzi dalam kitab Lunyu yang menyebabkan kaisar Han Wu Di dari dinasti Han menggunakan penanggalan dinasti Xia (bersumber dari Huang Di) beriringan dengan penetapan agama Khonghucu sebagai agama negara. Ada peran besar penasihat Raja Han, cendekiawan Khonghucu, Dong Zhong Shu hingga keluarnya keputusan ini.

Berdasarkan kitab suci Sishu Wujing dan catatan sejarah, Huang Di adalah salah satu Nabi Purba Rujiao atau agama Khonghucu, salah satu dari San Huang (3 Nabi Purba) bersama Fu Xi dan Shen Nong. Terkait dengan Wu Di (5 Raja Suci) : Yao, Shun, Yu, Chengtang dan Wuwang. Tianzhi Muduo Kongzi adalah penerus kebajikan sanhuang wudi.

Sejarah agama Khonghucu adalah sejarah yang tak boleh dibelokkan. Kitab Sishu Wujing adalah kitab suci yang tak bisa diubah karena dan untuk kepentingan apapun. Keyakinan umat Khonghucu adalah keyakinan yang harus dihormati oleh manusia beradab yang punya keyakinan lain. Agama Khonghucu adalah agama yang harus dihormati dan tidak boleh dinodai karena mendapat perlindungan hukum di NKRI berdasarkan Pancasila.

Perayaan tahun baru imlek dirayakan oleh umat Khonghucu dari berbagai etnis, bangsa  dan suku bangsa, bukan hanya etnis Tionghoa atau chinese, dengan segala kultus dan ritusnya.
Ternyata angsa itu bukan hanya putih, ada angsa hitam.
Taleb menunggu 'angsa hitam' datang dan dia mencapai apa yang dia harapkan dengan penuh kesabaran saat pialang lain yang serakah menjadi bangkrut dan bunuh diri.

Kita merayakan tahun baru imlek di Indonesia dengan bebas karena ada 'angsa hitam' yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh dan lembaga agama Khonghucu selama lebih dari tiga dasa warsa dengan didukung tokoh lintas agama seperti Gus Dur, Cak Nur, Pak Djohan Effendy, T.H. Sumartana serta Pak Amin Rais, Pak  Jimly, Pak Yusril dan banyak lagi tokoh-tokoh lain. Inilah landasan kenapa kita akhirnya bisa merayakan kebebasan kita. Jangan jadi 'pialang' yang serakah dan akhirnya bunuh diri tetaplah berpegang pada hukum yin yang agar harmonis.

Biarlah angsa putih dan angsa hitam tetap hidup membawa semarak warna warni kehidupan. Kita manusia, tak bisa memaksa agar semua angsa adalah putih. Bagaimana pun, ada angsa putih dan  ada angsa hitam karena Tuhan menciptakan perbedaan itu.

Selamat Tahun Baru Imlek 2570 Kongzili.

Jakarta, Dini Hari 28 Januari 2019. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG