TAHU MALU

Salam Kebajikan,

Kemarin malam kami pergi ke suatu mall di Kelapa Gading Jakarta. Di mall tersebut disediakan tempat parkir khusus perempuan, 'Ladies Parking' dekat pintu masuk.

Penyediaan parkir khusus wanita tersebut tentu mempunyai maksud tertentu, saya kira yang pertama adalah untuk memberi kemudahan kepada para perempuan yang menurut penelitian MRI terhadap otaknya acapkali kesulitan pada saat hendak memarkir mobil karena pada umumnya kemampuan otak perempuan berbeda dengan kemampuan otak laki-laki dalam 'membaca' ruang. Laki-laki lebih punya kemampuan ruang.

Yang kedua, memberi kemudahan kepada perempuan agar tidak usah jauh-jauh berjalan setelah selesai berbelanja. Menurut penelitian yang sama, perempuan lebih senang berbelanja dibandingkan laki-laki.  Perempuan senang berbelanja tas dan fashion, pria senang berbelanja gadget.  Segmen berbelanja dalam otak perempuan jauh lebih besar dari laki-laki.

Yang ketiga tentu saja disamping untuk memanjakan perempuan, ada unsur strategy bisnis mall tersebut.

Sayangnya kendati dengan jelas ditulis "Ladies Parking", masih saja ada laki-laki yang memarkir kendaraannya di area tersebut. 'Pelanggaran-pelanggaran' kasat mata seperti ini banyak terjadi juga di bidang kehidupan yang lain. Sekarang ini di Jakarta dengan tanpa merasa bersalah, seringkali saya melihat sepeda motor melaju melawan arus lalulintas, mobil dan motor melaju di jalur busway dengan tanpa rasa jengah atau takut terhadap hukuman atau para pedagang kaki lima berjualan di depan toko dan menutup jalan menuju toko tersebut dengan tanpa rasa bersalah sama sekali. Saya sering melihat pelanggaran seperti ini dilakukan di depan mata kepala petugas.

Yang lebih parah adalah orang-orang yang melangggar aturan lebih galak dari orang-orang yang berkendara taat aturan.

Gejala kehilangan rasa malu ini sudah begitu meluas di kota metropolitan. Tak aneh bila kita menyaksikan di tv para koruptor dengan rompi oranye  tertawa-tawa dan melambaikan tangan seperti tak bersalah bak selebritis. Tak heran bila orang-orang dengan muka lugu dan dungu menyerobot antrian. Saya hanya bisa mengelus dada ketika orang membuang sampah dari dalam mobil yang sedang melaju ke jalan.

Budaya malu sebagai budaya asli Indonesia telah mulai tergerus tergantikan dengan budaya tak tahu malu.

Hilangnya perasaan malu  dan tak suka menunjukkan adanya krisis dalam masyarakat akan makna kebenaran. Maka tak aneh sekarang ini banyak hal-hal 'aneh' seperti digambarkan di atas. Orang mulai tidak lagi dapat membedakan mana benar atau salah atau sekurang-kurangnya orang sudah tak peduli mengenai benar dan salah. Kalau dibiarkan berlarut-larut, yang akan berlaku  adalah hukum rimba, yang kuat yang menang, tak ubahnya seperti binatang.

Manusia mestinya punya rasa tahu malu karena manusia bukan binatang yang hidup dengan nalurinya, tapi manusia adalah makhluk yang berakal budi, yang menggunakan akal dan budinya dalam bertindak. Manusia adalah makhluk berbudaya.

Untuk menumbuhkan rasa tahu malu bisa melalui pendidikan budi pekerti sejak dini. Kalau sudah akut, paksa dengan hukum. Sayangnya dalam dua bidang ini pun kita masih perlu bebenah. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG