SPIRITUALITAS DALAM KESEHATAN


Salam Kebajikan,

Satu tahun belakangan ini saya betul-betul merasakan duka mendalam, ditinggalkan oleh  dua orang kakak tercinta, satu orang kakak ipar dan beberapa kawan dan sahabat. Mereka berpulang keharibaan kebajikan Tian karena kanker, stroke, dan serangan jantung, tiga penyakit degeneratif yang menempati urutan teratas penyebab kematian di jaman modern ini.

Ditinggalkan oleh orang-orang yang saya cintai mendorong saya mulai lebih peduli pada kesehatan. Mencegah lebih baik daripada mengobati, pesan sederhana yang sering saya abaikan.

Beberapa bulan yang lalu saya memutuskan untuk membeli jam kesehatan. Jam berfungsi untuk mengecek kualitas tidur, jumlah langkah setiap hari, detak jantung dan tekanan darah. Ke empat hal ini menjadi vital sign tubuh untuk mengingatkan pengguna agar menjaga gaya hidup, gerak dan pola makan. Hasil yang baik akan memberitahu pengguna bahwa dia berada dalam track yang baik menuju kesehatan optimal, hasil yang buruk akan mengingatkan pengguna agar waspada dan tidak terlena kalau tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kesehatan.

Beberapa minggu yang lalu saya memeriksa gula darah, kolestrol, kepadatan tulang, lemak dan cairan tubuh disamping mengecek tinggi dan berat badan. Sebelum saya melakukan pengecekan-pengecekan di atas, saya juga sempat memeriksa kesehatan jantung. Pertanyaan standar yang diajukan saat pemeriksaan adalah tentang apakah saya merokok, makan makanan junk food, minum minuman bersoda, minum kopi berlebihan dan olahraga. Saat hasil kurang baik, pertanyaan ditambah dengan kecukupan istirahat dan beban pekerjaan yg menyebabkan stress. Hasil test kesehatan  menunjukkan vital sign tubuh saya ada yang baik, ada pula yang kurang baik.

Untuk memperbaiki yang kurang baik, beberapa minggu terakhir, saya berusaha memperbaiki pola hidup dan pola makan. Saya menambah gerak dengan memperbanyak jalan kaki, menambah waktu tidur dan memakan suplementasi herbal sesuai anjuran serta meminum air lemon tanpa gula yang diseduh dengan air hangat.

Seperti orang-orang pada umumnya, saya seringkali memikirkan hal-hal yang rumit dan jauh tetapi abai terhadap hal-hal dekat dan nasihat sederhana. Sejak muda saya senang berdiskusi dan merenung tentang agama dan filsafat. Sekali-sekali membaca buku tentang topik yang sama. Tapi saya sering lalai menjalankan prinsip-prinsip dan nasihat sederhana yang sebetulnya lebih penting dan perlu dilaksanakan—agar hidup dapat berjalan dalam track yang benar sesuai Tiandao (jalan suci Tian) dan Tianli (hukum Tian)—dibanding teks-teks buku filsafat dan agama yang perlu dicerna secara seksama dengan memeras otak dan menyelami kedalaman hati. Sikap ini bagaikan membenarkan pepatah semut di seberang lautan terlihat, gajah di depan mata tidak terlihat.

Merawat tubuh sebagai inti dari menjaga kesehatan sangat terkait erat dengan nilai kebajikan yang pokok, yaitu berbakti. Teks kitab suci jelas mengatakan bahwa merawat tubuh adalah awal laku bakti. Kata-kata yang to the point, sederhana, tidak jelimet. Alasannya sederhana, orang tua sedih bila anaknya sakit yang disampaikan pada kita dalam ayat yang lain. Nun jauh dalam hati kecil kita, sebagai anak berbakti, saya dan Anda tentu tak mau membuat orang tua sedih. Dibalik alasan itu banyak hal spiritual tentang hubungan manusiawi antara orang tua dengan anak yang meluas pada semua karsa dan karya kita sebagai makhluk individu, makhluk sosial  dan makhluk spiritual. Ayat yang sederhana tapi mengandung samudra makna.

Berbakti bukanlah semata tentang hal-hal rumit dan hal-hal besar. Berbakti bukanlah tentang hal-hal yang jauh untuk dijangkau. Berbakti juga bukan tentang kisah para raja suci dan orang bijak yang rasanya jauh untuk dapat kita ikuti keteladanannya karena semangat baktinya yang begitu luar biasa. Pesan merawat tubuh warisan ayah bunda sebagai awal laku bakti, sesederhana pesan berbakti dan rendah hati sebagai pokok kebajikan dalam ayat yang lain. Saya dan mungkin Anda acap abai mengenai hal ini, abai pada yang 'awal' dan tak cukup rendah hati untuk melaksanakan kesederhanaan ini.

Agama membimbing manusia untuk menempuh dao. Menempuh dao artinya berbuat mengikuti Firman Tian. Jelas, agama adalah tentang berbuat, bukan sekedar teori atau pengetahuan semata. Bila kita renungkan lebih dalam, kesehatan tubuh bukan sekedar menyangkut jasmani semata tapi tentang spiritualitas kita sebagai pengemban firman Tian, tentang rasa syukur dan terima kasih pada Tian atas kehadiran kita di dunia melalui  kedua orang tua. Dengan awal yang terpelihara, kita akan mempunyai bekal menapaki kehidupan hingga meraih puncak bakti, yaitu menegakkan diri.

Tanpa kesehatan, bagaimana saya bisa berkarya paripurna menegakkan diri? 
Merawat tubuh sama pentingnya dengan merawat jiwa. 

Dengan demikian untuk apa menunda?  

Kita perlu lebih rendah hati dan membumi. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG