BERBUAT BAIKLAH, BERUSAHA DENGAN TULUS, ITU BERHARGA

Foto oleh Rifat Attamimi

Salam Kebajikan,

Dalam berbagai kesempatan kadang kala kita bertemu dengan orang-orang yang sedang kebingungan di jalan.  Misalnya, tadi saya bertemu dengan seorang ibu muda bersama anaknya tidak bisa keluar dari halte bus transjakarta karena kartu flazz yang dia bawa error, tak terbaca oleh card reader di pintu keluar. Beberapa waktu yang lalu, seorang bapak bersama anaknya yang masih kecil tidak mempunyai cukup uang untuk pulang. Dia menanyakan apakah saldo flazz Agnes masih cukup. Dia meminta tolong agar dia dan anaknya bisa masuk ke halte bus transjakarta dengan kartu flazz Agnes, dia berterus terang hanya mempunyai uang sepuluh ribu, padahal harus berganti kendaraan agar bisa pulang ke rumah. Dia tidak meminta dibayari penuh. Dia mau membayar lima ribu rupiah untuk dua orang bersama anaknya, dengan harapan dapat meneruskan perjalanan pulang dengan uang lima ribu rupiah sisanya. Pada kesempatan lain, seorang kawan menelpon, menceritakan kesulitannya, memerlukan pinjaman uang untuk membayar utangnya yang jatuh tempo, kawan yang lain menghadapi kesulitan membayar uang sekolah anaknya. Banyak kejadian seperti ini mewarnai kehidupan kita.

Apa sikap dan tindakan saya melihat kejadian-kejadian seperti ini? Dalam kejadian-kejadian di atas, saya dan juga Agnes, tergerak untuk menolong mereka, karena kami kebetulan dapat membantu orang-orang tersebut.

Waktu saya masih remaja, saya mengenal seorang kawan kakak saya yang mempunyai wajah seram, dia sejak muda suka berkelahi. Tak ada orang yang ditakutinya. Namun saya tahu, dari obrolan bersama dia, di balik kenakalan dan wajahnya yang 'seram', dia sebetulnya berjiwa satria. Pada satu kesempatan, saya bersama dia berdesak-desakan akan naik bus kota di Bandung. Di halte yang sama, ada seorang ibu bersama anak laki-laki berumur sekitar lima tahun kesulitan untuk naik ke dalam bus dan tak ada satu orang pun yang peduli. Melihat ini, dengan sigap, kawan kakak saya ini mengangkat anak laki-laki kecil ke dalam bus, agar si ibu dapat naik ke dalam bus. Pada saat sang anak kecil diangkat, dengan wajah ketakutan karena curiga pada orang yang mengangkat anaknya ke dalam bus, si ibu berusaha mencegah. Sang penolong berwajah 'seram' bergeming dan tetap menolong.

Saya sungguh kagum dengan apa yang dilakukannya. Dia menolong untuk tujuan menolong, tak ada tujuan lain. Kejadian itu sangat membekas pada saya. Kebajikan bercahaya ada pada setiap orang. Firman Tian (Tianming) menunjukkan jati dirinya dalam berbagai kejadian, di berbagai kesempatan. Orang berwajah 'seram' dan jagoan berkelahi dikaruniai benih-benih kebajikan yang sama dan berbuat kebajikan tanpa pamrih.

Saat ibu muda dan anaknya dibantu  keluar dari halte transjakarta, dia memperlihatkan wajah terkejut, aneh dan curiga. Saat bapak dan anaknya dibantu dan tak perlu membayar, dia mengucapkan terima kasih berulang-ulang yang membuat hati tidak enak karena bantuan yang diberikan sebetulnya tak seberapa. Reaksi orang-orang yang dibantu berbeda-beda. Jangan kaget kalau perbuatan baik yang kita lakukan  ditanggapi dengan nyinyir, dianggap bodoh bahkan terkesan dicurigai. Begitulah manusia.

Kebaikan yang kita tawarkan tidak selalu memperoleh respon sesuai harapan—jika kita berharap—oleh karena itu lebih baik tidak perlu berharap. Kalau tidak percaya, coba Anda berdiri di dekat halte bus atau rumah makan, lalu berikan uang pada orang-orang yang lewat, apakah semua orang akan menerimanya? Bisa dipastikan tidak.

Percobaan yang sama pernah dilakukan dengan menawarkan tissue yang masih terbungkus rapi dalam plastik kepada orang-orang yang berlalu lalang, kebanyakan orang tidak mau menerima. Coba Anda buka youtube, Anda bisa menyaksikan percobaan ini.

Pada saat sekarang, ada orang yang memanfaatkan kebaikan untuk kepentingan dirinya bahkan digunakan sebagai alat untuk melakukan kejahatan dengan melakukan hipnotis, penipuan, pemerasan, bahkan perampokan. Hal-hal seperti ini tidaklah menjadikan kita mengurangi perbuatan baik kita dan upaya kita menggemilangkan kebajikan. Yang perlu adalah melakukannya dengan bijaksana. Seperti kita dapat baca dalam cerita yang beredar di whatsapp, bila di jalanan ada anak kecil meminta bantuan diantarkan ke rumahnya karena tersesat, maka yang perlu kita lakukan adalah mengantarkan anak tersebut ke kantor polisi, agar pak polisi bisa membantunya karena bisa saja itu merupakan jerat kejahatan.

Manusia punya perasaan, maka dalam berbuat kebaikan perlu pula dicamkan, kebaikan itu perlu dilakukan dengan li (kesusilaan). Dalam Sabda Suci kita diingatkan agar dalam berlaku bakti bukan asal memelihara dengan tanpa rasa hormat.  Kita manusia, beda dengan hewan. Dalam Mengzi kita  diingatkan hal yang sama.

Dalam berbuat kebaikan, saya belajar untuk melakukan dengan tulus, apapun reaksi orang yang saya bantu. Karena kalau saya melakukan kebaikan dengan mengharapkan sesuatu, saya akan sering merasa kecewa, bahkan sakit hati. Contoh-contoh di atas sudah memperlihatkan pada kita.
Bagaimana pun tetaplah berbuat baik, dan belajarlah untuk berbuat baik dengan tulus. 

Nabi dengan sederhana mengatakan pada kita bahwa hati yang lapang akan membawa tubuh kita sehat. Tak mudah pada awalnya, tapi berharga untuk dilakukan. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG