SUDAH SAATNYA KEMBALI KE PASSION


Salam Kebajikan,

Pada awal hingga akhir tahun 1970-an saya adalah salah seorang siswa sekolah minggu Khonghucu di Bandung. Dalam ingatan saya yang agak samar, saya pernah bersekolah minggu Khonghucu di dua tempat berbeda, yaitu di lantai 2 gedung Rumah Duka Perhimpunan Masyarakat Bandung (Permaba) Kebonjati, dekat Rumah Sakit Iyen yang kemudian berubah menjadi Rumah Sakit Kebonjati—tempat saya dilahirkan—dan di Litang Stasiun Selatan 15, dekat terminal Stasiun Hall, tak jauh dari Stasiun Kereta Api Bandung.

Saya sudah lupa bagaimana suasana sekolah minggu di Permaba, tapi masih ingat dengan samar-samar sekolah minggu di Stasiun Selatan. Yang saya ingat, saat sekolah minggu di Statsel saya diajarkan menulis bahasa mandarin dalam buku kotak-kotak dan ikut paduan suara. Setiap minggu saya memperoleh gambar hikayat kehidupan Nabi Kongzi, gambarnya berwarna biru. Selebihnya saya lupa.

Pada akhir-akhir tahun 1970-an saya rajin bersekolah minggu karena saya juga salah seorang murid Senorasi Gensu, Senam Olahraga Silat (Senorasi) Genta Suci (Gensu) anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang bernaung di bawah MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Bandung. Senorasi Gensu adalah Perguruan Kungfu, tapi kondisi politik saat itu menyebabkan Gensu menjadi anggota IPSI. Aneh tapi nyata.

Suhu Chew Kong Giok mewajibkan murid-muridnya datang ke Litang, entah ikut sekolah minggu atau ikut kebaktian umum. Ketika itu latihan diadakan di Permaba Jalan Kelenteng dan di Stasiun Selatan. Dalam ingatan saya, pada satu periode tertentu, bagi yang hadir diberi insentif 2 jurus, bagi yang tidak, hanya 1 jurus. Mungkin saya kurang berbakat atau passion saya bukan disitu, ilmu silat saya tidak maju-maju, jurus pun tidak hafal-hafal walau yang itu-itu saja, hingga saat saya SMA, karena kesibukan sekolah saya di SMA Katolik Santo Aloysius (TOP), sekolah terbaik dan terfavorit di Bandung ketika itu, akhirnya saya tidak melanjutkan latihan.

Setelah sempat menjadi panitia perayaan dan menjadi pengisi acara Hari Kelahiran Nabi Kongzi yang diselenggarakan MAKIN Bandung di gedung Permaba Jalan Kelenteng, saya juga sempat vakum dari kegiatan dan ibadah saya di Litang Statsel selama beberapa tahun. Hingga akhirnya, kalau tidak salah, pada tahun 1986, atas prakarsa pak Eddie Rhinaldi para mahasiswa dikumpulkan di Gang Mukalmi No. 23 Bandung, rumah orang tua saya.

Salah satu keputusan hasil berkumpul tersebut adalah akan diterbitkan kembali Media Infomasi dan Komunikasi Genta Rohani yang telah vakum beberapa tahun dan akan didirikan Ikatan Mahasiswa. Perlu lebih kurang satu tahun sampai akhirnya pada tahun 1987, Genta Rohani terbit kembali dan saya kembali aktif dalam organisasi Khonghucu.

Saat Genta Rohani sudah dalam proses pembuatan, saya hadir dalam kebaktian agama Khonghucu di Litang Stasiun Selatan, ketika itu sebagian besar umat yang hadir beribadah di Litang MAKIN Bandung adalah para mahasiswa dari berbagai daerah. Pada saat itu kepengurusan PAKIN Bandung sedang vakum dan tercetus niat untuk memilih pengurus baru. Maka pemilihan Ketua PAKIN diadakan, sungguh tak terduga saya terpilih menjadi Ketua.

Pada saat hampir bersamaan (1987) MIDK Genta Rohani terbit kembali dan Kepengurusan PAKIN Bandung terbentuk. Saya menjabat Ketua PAKIN satu periode, tahun 1987-1989 dan menjadi Redaksi Genta Rohani Periode 1987-1992. Selebihnya adalah tianming. Seiring saya lulus kuliah lalu berkarir dan berbisnis di Jakarta, selama kurang lebih 26 tahun (1992 - 2019), jadilah saya aktivis lembaga Agama Khonghucu di Jakarta.

Kalau dijumlahkan dengan aktivitas sejak sekolah minggu di Bandung, hampir seluruh hidup saya tak lepas dari kelembagaan Khonghucu. Hanya beberapa saat saja, karena kesibukan sekolah dan pekerjaan (mungkin 6-8 tahun) saya tidak terlalu aktif dalam kelembagaan Khonghucu.

Bila direnungkan kembali, hidup memang aneh dan penuh misteri. Saya sebetulnya kurang menyukai berorganisasi. Pada awalnya, saya aktif kembali dalam kelembagaan Khonghucu karena saya tertarik dan terpanggil menerbitkan kembali Genta Rohani, meneruskan para senior. Saya sebetulnya lebih senang berdiskusi, menimba ilmu, belajar mendalami agama, menambah pengetahuan dengan membaca, mencari jati diri, dan itu terdorong dengan saya menjadi Redaksi Genta Rohani, bukan menjadi pengurus organisasi. Saat menjadi  Ketua PAKIN, fokus saya juga menggiatkan diskusi dan pendidikan agama. Setiap bulan September sampai Desember, PAKIN Bandung mengadakan pendidikan Agama untuk mempersiapkan umat yang akan di liyuan peneguhan iman. Toh akhirnya secara mengherankan saya terseret menjadi aktivis dan pengurus organisasi, bidang yang sebetulnya kurang saya sukai.

Maka setelah sekian lama saya terseret pada bidang yang sebetulnya kurang saya sukai (organisasi), sekarang sudah waktunya bagi saya kembali ke passion awal saya beberapa dekade lalu yang membuat saya tercebur dalam kelembagaan agama Khonghucu.

Sudah waktunya saya berhenti menjadi pengurus organisasi, semua sudah cukup, biarlah orang lain yang lebih menyukai dan berambisi yang menjadi pengurus. Sekarang saya hanya ingin meneruskan kesenangan saya membaca, berdiskusi ajaran agama dan kehidupan (bukan organisasi), menulis dan mengajar, boleh sesekali memberi uraian agama, sambil tentu saja berbisnis yang sesuai dengan nilai-nilai yang saya anut. Melakukan suatu yang bermanfaat bagi diri dan sesama tidak mesti juga jadi pengurus organisasi.

Dengan begitu, mudah-mudahan saya menjadi orang yang lebih baik, terus merasa hijau serta lebih bermanfaat bagi keluarga dan bagi sesama. Saya perlu mengejar ketinggalan saya selama beberapa tahun dalam menambah ilmu dan memperkaya batin. Dengan demikian saya akan menjadi orang yang lebih berhasil lagi. Sungguh, saya lebih gembira dengan semua ini. Entah dengan Anda. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG