TIGA KESALAHAN



Salam Kebajikan,

Pada tahun 2009, atas saran seorang kawan, saya membaca sebuah buku yang sangat menarik, berjudul 'Confucius from the Heart Ancient Wisdom for Today's World'  karya Yu Dan. Saya dan beberapa kawan yang membaca buku tersebut sangat terinspirasi. Buku ini merupakan buku Best Seller dan telah dibaca lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia (versi resmi, belum termasuk bajakan).

Akhirnya saya bersama kawan memutuskan untuk menerjemahkan buku tersebut dan membeli hak cipta penerbitan dalam bahasa Indonesia. Pada bulan November 2009 buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Gerbang Kebajikan Ru dengan hak cipta resmi dan dijual di toko buku Gramedia serta MAKIN-MAKIN. Saya menjadi salah seorang penerjemah sekaligus editor buku tersebut dan pendiri Gerbang Kebajikan Ru.

Buku '1000 Hati Satu Hati' sangat bagus, menjelaskan kitab Lunyu dengan tutur kata yang sederhana, dengan banyak cerita di dalamnya. Menurut saya, buku dengan gaya seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk lebih mengikuti nilai-nilai kebajikan yang diajarkan oleh Nabi Kongzi. Saya menggunakan buku ini sebagai salah satu buku pokok dalam pendidikan agama Khonghucu di kampus tempat saya mengajar.

Di bawah ini saya kutipkan sebagian dari Bagian IV mengenai Dao Persahabatan tentang bagaimana melayani seorang pemimpin. Mudah-mudahan dapat menjadi bahan renungan bagi kita agar tak melakukan kesalahan yang sama.  Mari kita simak.

Nabi Kongzi bersabda, "Saat melayani seorang pemimpin ada tiga kesalahan yang umum dilakukan. Berbicara pada saat belum seharusnya bicara inilah lancang; di dalam hal yang seharusnya berbicara tetapi tidak mau bicara, inilah menyembunyikan rahasia; berbicara sesuka hati tanpa memperhatikan wajah, inilah buta." Lunyu XVI: 6

Langsung mengemukakan pandangan sebelum suatu percakapan dilakukan dengan baik adalah gegabah dan tidak sensitif, dan ini merupakan hal yang kurang baik. Kita semua mempunyai minat dan kepentingan masing-masing, tetapi kita harus menunggu saat yang tepat, yaitu saat topik kita telah menjadi fokus perhatian dan semua orang menunggu untuk mendengarkan, disitulah saatnya kita mengemukakan pandangan kita dengan tanpa terburu-buru.

Sekarang banyak orang memiliki blog, facebook, instagram, dan menggunakan website atau medsos untuk menampilkan hasrat hati paling dalam yang dapat dilihat semua orang. Tetapi di masa lampau ketika belum ada blog dan medsos, untuk berkomunikasi dan saling memahami, semua orang bergantung pada kata-kata yang diucapkan. Saat kita berkumpul bersama teman, biasanya ada beberapa orang yang terus menerus berbicara mengenai urusan mereka sendiri seperti misalnya 'beberapa hari yang lalu saya bermain golf', 'saya baru saja dinaikkan pangkat', dan seterusnya. Atau saat beberapa perempuan berkumpul, salah seorang mungkin tampil menyuguhkan rincian yang tiada habisnya mengenai suami dan anak-anaknya. Tentu saja, ini semua merupakan hal yang sangat ingin ia bicarakan, tetapi apakah semua orang peduli dengan hal ini? Dapat dikatakan, saat hanya ia satu-satunya yang berbicara, ia merampas hak orang lain untuk memilih sebuah topik. Menyela dan memaksa berbicara sebelum waktunya tentu saja tidak baik.

Tetapi ada ekstrim yang lain 'tidak berbicara saat seharusnya berbicara'. Nabi Kongzi menyebut kesalahan ini sebagai 'menyembunyikan rahasia'.

Dengan kata lain, ketika percakapan mencapai suatu titik di mana kita mendapat giliran untuk berbicara, tetapi kita menarik diri dan menolak untuk mengemukakan pandangan. Teman seperti ini membuat semua orang merasa disepelekan. Karena topik sudah sejauh ini, mengapa kita tidak mengatakan apa-apa? Apakah ini pembelaan diri? Apakah dengan sengaja menarik diri? Atau sedang mengumpulkan keberanian? Secara sederhana, tidak baik juga tetap diam saat seharusnya berbicara.

Situasi ketiga yang dicirikan oleh Nabi Kongzi sebagai 'berbicara sesuka hati tanpa memperhatikan wajah adalah buta', yang di masa sekarang kita katakan sebagai ketidakmampuan membaca orang.
'Buta' dalam konteks ini merupakan kritik besar. Seseorang yang berbicara tanpa memperhatikan ekspresi orang lain adalah buta sosial. Kita seharusnya tahu kepada siapa berbicara, memilih kata-kata yang akan diucapkan, dan apa yang lebih baik tidak diucapkan. Ini adalah rasa hormat yang bijaksana yang harus selalu ada diantara teman.

Bukan hanya teman, secara bijaksana seharusnya dihindari pula mengucapkan persoalan-persoalan tertentu yang menyakitkan di antara suami dan istri atau pun orang tua dan anak. Kehidupan setiap orang dewasa diliputi keberhasilan dan kesengsaraan pribadi, teman sejati tidak boleh dengan mudah menyentuh kesakitan pribadi orang lain, untuk itu diperlukan kemampuan membaca orang. Tentu saja, ini bukan berarti menjadi budak selera orang lain. Sebetulnya, ini menciptakan suasana damai dan bersahabat antara kita dan teman-teman kita, sehingga dapat berhubungan dengan bebas.

Apakah Anda merasa acap melakukan tiga kesalahan tersebut? Saya kadang tergelincir dan melakukannya. Saya terus bertekad memperbaiki dengan menahan diri, mudah-mudahan Anda pun demikian. (US)

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG