KEBIASAAN DAN NASIB

Salam Kebajikan,

Apakah Anda pernah akan pergi ke suatu tempat, tapi tanpa sadar Anda mengarahkan langkah atau kendaraan Anda ke tempat yang sering Anda tuju berulang kali, misalnya ke tempat kerja Anda atau ke sekolah anak Anda. Apakah pernah terpikirkan, apa yang Anda lakukan setiap hari selama bertahun-tahun menjadi terpola dalam otak Anda dan menjadi refleks?

Tanpa sadar, Anda banyak melakukan sesuatu tanpa perlu dipikirkan lagi, semua terjadi secara otomatis. Sikat gigi, mandi, menyetir mobil, mengendarai motor, berenang, memasukkan makanan ke mulut, merokok, minum kopi, olah raga, minum suplemen, diet, bersembahyang, membaca buku, membaca kitab suci, setiap akan tidur, membuka medsos ..., dan banyak lagi daftar yang bisa Anda tambahkan.

Menurut penelitian, suatu aktivitas akan menjadi suatu kebiasaan (baik atau buruk) bila dilakukan selama 90 hari selama terus menerus. Dengan kata lain suatu kebiasaan dapat dibentuk dengan sengaja. Sayangnya pembentukan kebiasaan tersebut seringkali gagal karena berbagai sebab. Misalnya lingkungan pergaulan, perpindahan tempat tinggal, dinas ke luar kota, stress sampai pembenaran saat melanggar walaupun telah mempunyai tekad yang kuat. Anda pernah mengalaminya saat Anda memutuskan untuk berolahraga rutin, diet atau berhenti merokok? Saya pernah, sehingga kebiasaan baik yang coba saya bentuk gagal total. Bahkan saya merasa ada beberapa kebiasaan baik saya tanpa sadar mulai mengendur, semisal membaca buku dan mendengarkan audio, tergeser oleh keinginan yang kuat membuka medsos seperti WA, FB dan IG dan sekarang sedang saya upayakan kembali dilakukan.

Buku 'The Power of Habit' karya Charles Duhigg dan 'Better than Before' karya Gretchen Rubin dengan sangat bagus memberi contoh nyata, mengulas, dan memberi anjuran pada pembaca dalam pembentukan kebiasaan baik, dan perlunya berhati-hati pada pembentukan kebiasaan buruk yang tanpa sadar hadir dalam kehidupan pribadi, keluarga, organisasi dan masyarakat.

Diakui atau tidak, salah satu fungsi utama agama adalah membentuk kebiasaan baik manusia yang mengarahkan manusia hidup sesuai kehendak Tian atau dalam khasanah istilah keagamaan Khonghucu hidup dalam dao. Bahkan agama Khonghucu menempatkan pembentukan kebiasaan baik manusia pada urutan tertinggi. Tak heran ajaran Khonghucu menjadi way of life dan menjadi dasar budaya berbagai etnis dan bangsa di dunia, setidaknya di Asia Timur.

Simak saja beberapa spirit ajaran agama Khonghucu mengenai pembentukan kebiasaan baik ini yang terdapat dalam ayat-ayat suci dalam Sishu Wujing.
Kebiasaan bangun pagi hari dan tidur larut malam.

Bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharuilah dirimu setiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya.

Setiap hari aku memeriksa diri dalam tiga hal, dst.

Hidup harus hati-hati seperti menginjak lapisan es yang tipis.

Menyempurnakan diri dan segenap wujud. Menyempurnakan iman dan menjalani dao.

Dengan kemanusiaan memanusiakan manusia. Tidak sesal penyalahan dan keluh gerutu.

Merawat tubuh dan menegakkan diri.

Berbuat baik untuk memuliakan orang tua, tak mau berbuat yang memalukan orang tua.

Mendidik anak. Mengharmoniskan keluarga bak mengharmoniskan orkestra musik.

Bersembahyang pribadi pagi (pukul 05:00-07:00) dan sore (17:00-19:00). Bersembahyang tanggal 1 dan 15. Bersembahyang pada saat hari-hari besar.

Tidak menebang pohon sebelum waktunya. Tidak menggunakan jala yang rapat untuk menjala ikan, tak mau menggunakan pukat harimau.
Agama Khonghucu mengajarkan keharmonisan Tiga Entitas: Tian, Di, Ren yang dapat dicapai dengan pembentukan kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik bukanlah tentang seperangkat aturan dengan ancaman hukuman yang mesti ditakuti tapi tentang iman dan kesadaran yang bersumber pada spiritualitas seseorang. Walau memang kadang diawali dengan rasa takut. Kebiasaan baik yang bersumber pada spiritualitas inilah yang akan mengantarkan manusia pada hakikat keberadaannya di dunia.

Contoh sederhana, saat kesadaran Anda dan saya tumbuh tentang awal laku bakti adalah merawat dan menjaga tubuh karunia Tian melalui ayah bunda, maka Anda dan saya akan berupaya menjaga asupan makanan dan minuman, menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, berhati-hati dalam beraktivitas, cukup bergerak atau berolahraga, dst. Kesadaran yang ajeg tentang laku bakti akan tumbuh berkembang meliputi berbagai hal secara bertahap, setapak demi setapak dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan sederhana.

Contoh lainnya adalah kebiasaan membaca buku, bersembahyang dan jingzuo dalam upaya pembinaan diri agar pada akhirnya dapat menegakkan diri, tumbuh dari kesadaran bahwa manusia dianugerahi watak sejati yang perlu digemilangkan dan nafsu yang perlu diharmoniskan agar tetap pada batasnya.

Dengan dasar spiritualitas ini, kebiasaan akan menumbuhkan karakter baik dan karakter baik akan menentukan nasib baik Anda dan saya. Bagaimana pun menjadi manusia berintegritas atau dalam bahasa kitab manusia yang tulus, jujur, penuh iman (cheng) adalah pilihan terbaik yang sesuai hakikat keberadaan manusia yang akan mengantarkan Anda dan saya pada keharmonisan Tian, Di Ren. Cheng akan tumbuh dari mulai memaksakan diri hingga tanpa perlu memikirkan lagi itu wujud spiritualitas tertinggi yang lahir dari melatih kebiasaan baik. Tanpa perlu memikirkan lagi adalah kebiasan.

Semua tidak terjadi satu malam, tapi dimulai dengan kebiasaan-kebiasaan sederhana. Hukum dan jalan suci Tian sangat nyata dan sederhana, hanya kita yang seringkali ingin potong kompas. Bayangkan kalau matahari potong kompas tiba-tiba terbit di Utara, tak lagi di Timur apa yang akan terjadi. Anda ingin bernasib baik, pupuklah dengan kebiasaan-kebiasaan baik.

Awalnya perlu memaksakan diri, hingga akhirnya akan mudah dan otomatis. (US) 08082019

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG