TELADAN PENGABDIAN TANPA PAMRIH

Salam Kebajikan,

Hari ini tanggal 24 Agustus 2019 adalah Hari Ulang Tahun suhu Chew Kong Giok atau Teddy Setiawan yang ke-67 tahun. Ko Kong Giok ber-shio naga, jadi umur beliau dalam penanggalan Kongzili adalah 68 tahun, terpaut 13 tahun dengan saya.

Saya mengenal ko Kong Giok lebih dari empat dekade yang lalu. Ko Kong Giok pertama kali datang ke Bandung sebagai mahasiswa di ABA jurusan bahasa Inggris. Sambil menyelesaikan kuliah, beliau melatih kungfu (sekarang wushu) dan mendirikan Perguruan Senam Olah Raga Silat Genta Suci Bandung. Beliau mengemban amanat dari gurunya, Suhu Kho Sin Swan untuk mengajar kungfu sekaligus memperdalam dan menyebarkan agama Khonghucu. Itu yang saya dengar. Suhu Kho Sin Swan adalah seorang ahli kungfu, sekaligus pendiri dan ketua Khong Kauw Hwee (Kong Jiao Hui/MAKIN) Cirebon.

Karena amanat inilah ko Kong Giok mencari alamat MAKIN di Bandung dan akhirnya sejarah mencatat Genta Suci bernaung di bawah MAKIN Bandung. Dari pertautan misi mengajarkan ilmu kungfu dan memperdalam serta menyebarkan agama, ko Kong Giok berkunjung ke rumah orang tua saya dan bertemu dengan papa saya. Dari perjumpaan inilah, akhirnya ko Kong Giok sering datang ke rumah berbincang dengan papa untuk mendalami agama.

Selanjutnya setelah ko Kong Giok menyelesaikan kuliah di ABA, menikah, dan kembali ke Cirebon, ko Kong Giok terus berkunjung ke Bandung untuk melatih Genta Suci dan memperdalam ilmu agama kepada papa. Selama bertahun-tahun hal ini dilakukannya secara konsisten dan tanpa pamrih. Hingga akhirnya Ko Kong Giok bukan saja menjadi suhu di Genta Suci, tapi juga menjadi pembina PAKIN Bandung.

Ko Kong Giok adalah seorang multi talenta. Di samping seorang ahli dalam kungfu dan memahami agama secara mendalam, Ko Kong Giok pandai berolahraga, bermain musik, melatih tari, melukis, menyulam, membordir, kaligrafi, menghitung hari baik, menulis, dan lain-lain. Saya mengetahui hal-hal ini bukan karena mendengar tapi melihat dengan mata kepala sendiri.

Banyak hal yang telah dilakukan oleh ko Kong Giok yang belum tentu mampu dilakukan oleh orang lain. Beliau bolak balik Cirebon–Bandung dengan biaya sendiri bahkan sering mentraktir kami makan dan menyumbang dana untuk PAKIN dan Genta Rohani.

Kejadian yang sangat berkesan dan membekas pada diri saya adalah bagaimana ko Kong Giok memberi keteladanan bukan dengan sekedar kata-kata, tapi dengan tindakan. Saat di litang banyak piring dan gelas kotor, ko Kong Giok tidak menyuruh kami mencuci dan menunjukkan telunjuk sakti, tapi ko Kong Giok menyingsingkan baju mencuci piring dan gelas yang kotor. Saat litang kotor, ko Kong Giok tidak marah-marah dan menyuruh kami, tapi ko Kong Giok mengambil sapu dan lap pel lalu menyapu dan mengepel. Saat WC kotor, ko Kong Giok bersihkan. Itu membuat kami malu dan tahu diri. Yang juga membekas dalam batin saya adalah ko Kong Giok tidak pernah mau menonjolkan diri atau menuntut mendapat fasilitas atau tempat duduk VIP, bahkan terkesan lebih suka menyembunyikan diri sambil terus berkarya.

Banyak yang ingin saya ceritakan bagaimana keteladanan ko Kong Giok dalam pengabdian tanpa pamrih dan tanpa sedikit pun niat untuk menonjolkan diri atau mengincar jabatan, tapi kalau diceritakan semua akan sangat panjang. Ko Kong Giok benar-benar melaksanakan pesan gurunya dengan sepenuh hati. Yang jelas, semangat pengabdian tanpa pamrih ko Kong Giok sangat menginspirasi saya. Ko Kong Giok bukanlah orang yang mengincar kedudukan, gelar, uang, apalagi gila hormat. Saat ditanya mengapa tidak menjadi rohaniwan? Jawabannya: Sekarang saja sudah sibuk sekali, bagaimana kalau saya jadi rohaniwan, saya belum sanggup.

Hingga hari ini Ko Kong Giok adalah tempat saya bertanya bila ada hal yang saya ragu dalam pemahaman agama dan mencari hari baik karena kedalaman ilmu dan kemampuannya dalam wen yan wen.

Di balik karya dan pengabdian seorang laki-laki, selalu ada peran perempuan yang luar biasa, saya juga sangat kagum dan hormat pada soh Wie Giok (Kwee Hoey Kiok), pasangan hidup Ko Kong Giok yang luar biasa, menjadi isteri yang mendampingi suami dengan setia. Saya rasa tak mudah menjadi isteri seperti soh Wie Giok. Tak terbayangkan, soh Wie Giok bisa begitu sabar dan pengertian, bertahun-tahun sering ditinggalkan suami, bukan untuk mencari nafkah, tetapi untuk menjalankan amanat yang diterima dari guru suaminya di bidang sosial dan spiritual. Entah ada berapa banyak perempuan seperti beliau, rasanya tak banyak.

Saya menuliskan apa yang saya tahu mengenai ko Kong Giok dalam tulisan pendek di hari ulang tahunnya, bukan sekedar sebagai pujian tak bermakna, tapi sebagai ungkapan rasa syukur saya bisa bertemu dan berguru kepada orang yang begitu rendah hati—walau berilmu, multi talenta dan penuh pengabdian tanpa pamrih—sambil berharap apa yang telah dilakukan ko Kong Giok dan isterinya dapat menginspirasi banyak orang, agar semakin banyak orang-orang yang mempunyai semangat mengabdi tanpa pamrih, dan rendah hati kendati berilmu.
Nabi bersabda, "Bila seseorang benar-benar mencintai, dapatkah tidak berjerih payah? Kalau seseorang benar-benar Satya, dapatkah tidak memberi bimbingan?"
—Lunyu XIV: 7
Selamat Ulang Tahun, Ko. Semoga senantiasa sehat, bahagia, panjang umur dalam rahmat Tian, bimbingan Nabi dan penyertaan para shen serta leluhur. Apa yang ko Kong Giok lakukan pasti akan berbuah, walau mungkin banyak rasa kecewa mengiringi pengabdian ko Kong Giok dan rasa khawatir tak dapat melaksanakan pesan guru kerap menerpa. (US) 24082019

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG