EMPAT KONTEN YANG SEBAIKNYA DIHINDARI DALAM MEDSOS

Salam Kebajikan,

Pada saat saya menjadi salah seorang pembicara dalam suatu seminar kebangsaan, ada seorang anak muda curhat dan bertanya pada saya apa yang mesti dia lakukan karena akhir-akhir ini merasa tidak bebas dan takut berurusan dengan hukum saat dia menggunakan media sosial.

Saya jawab: Tak perlu takut. Mengapa mesti takut? Kita hidup di negara Indonesia yang bebas dan demokratis berdasar Pancasila; bebas mengemukakan pendapat. Namun saran saya pada anak muda tersebut agar menghindari status, stories, feed, tweet, atau meng-upload konten youtube yang berkenaan dengan:
  1. Agama orang lain 
  2. Ujaran kebencian 
  3. Menyebarkan hoax 
  4. Pornografi
Kekhawatiran anak muda tersebut cukup beralasan karena semakin sering orang berurusan dengan hukum berkenaan dengan status, stories, feed, tweet, atau konten youtube yang dilaporkan telah melanggar UU ITE, UU No. 1 Pnps 1965 dan KUHP.

Kondisi ini memang membuat tidak nyaman dan menimbulkan rasa khawatir, namun demikian tak perlu membuat yang bersangkutan menjadi tertekan dan Indonesia terkesan bukan negara bebas dan demokratis. Ikuti saran saya agar tenang, aman dan nyaman menggunakan medsos.

Dalam pandangan saya (agama Khonghucu pun mengajarkan demikian), tak baik membanding-bandingkan, merendahkan terlebih lagi menjelek-menjelekkan agama, etnis, ras, golongan atau orang lain. Tak baik menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya apalagi informasi yang dapat merusak. Pornografi dan pornoaksi termasuk hal yang tak baik untuk disebarkan. Kita tidak melakukan itu bukan sekedar karena takut pada hukum dan Undang-undang, tapi karena kepantasan.

Catatan tersendiri dalam hal konten agama: banyak hal yang tidak kita pahami dengan tepat mengenai agama orang lain yang berbeda dari kita karena kita tak mengimaninya. Seringkali kita menggunakan kacamata iman dan cara pandang agama kita dalam 'menilai' agama lain. Tentu saja tidak tepat. Hal itu laksana menceritakan keindahan danau Toba hanya berdasarkan air danau Toba dalam ember yang kita dapatkan dari teman yang mengambilnya dari Danau Toba saat dia bertamasya.

Golden Rule 'shu' (tepasalira), menempatkan diri pada 'sepatu' orang lain selalu menjadi pedoman yang bisa dipegang sepanjang hidup.

Jadi, dalam kondisi apapun—bila kita tahu batas—tak perlu merasa tidak bebas, takut, dan was-was. Kebebasan itu tidak tak terbatas. Ada rambu-rambu hukum dan kesusilaan yang wajib dipatuhi. Begitu pun demokrasi. 

Nilai-nilai kebajikan dan moral dalam agama akan dapat menjadi panduan yang memberi kita kesadaran dan harga diri sebagai manusia. (US) 17112019

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG