TAHU BATAS AGAR TAK POST POWER SYNDROME

Salam Kebajikan,

Perasaan dibuang muncul saat kita masih 'menginginkan' berada di posisi tertentu dan kita merasa telah berjasa sehingga berhak atas posisi tersebut. Seringkali orang yang merasa dibuang menudingkan telunjuk pada para penggantinya dan menuduh tidak menghormati dirinya yang telah berjasa, dan menyingkirkan dari posisi terhormat yang seharusnya melekat padanya selamanya.

Perasaan inilah yang acapkali menjadi biang ketidakpuasan dan keretakan hubungan yang pada akhirnya menimbulkan konflik. Apakah perbuatan membuang memang dilakukan oleh para penggantinya? Belum tentu.

Perasaan dibuang menunjukkan rasa kesepian dan perasaan ketakutan yang akut pada dirinya karena tak lagi menjadi pusat perhatian dan tak punya lagi 'kekuasaan'. Banyak hal yang dilakukan oleh orang-orang seperti ini, orang-orang yang pernah menjadi pusat perhatian dan memiliki 'kekuasaan' yang justru menyebabkan dia kehilangan rasa hormat dari orang-orang yang sebetulnya tetap mengagumi dan angkat topi atas apa yang pernah dia lakukan.

Sayangnya orang-orang post power syndrome seperti ini tidak menyadari dan justru akhirnya melakukan tindakan-tindakan yang diluar nalar. Akibatnya, dia merasa semakin dibuang, terkucil, sepi, kosong.

Untuk menghindarkan hal ini terjadi pada diri kita, Nabi Kongzi mengajarkan dan meneladankan pada kita agar tahu saatnya mesti berhenti, ya berhentilah. Saat mesti jalan, ya jalanlah. Inilah sikap tengah tepat yang muncul dari spiritualitas sejati, bukan sekedar label agama.


Dengan spiritualitas yang meraga, kedudukan tak lagi jadi persoalan
Toh, kedudukan pemberian manusia itu cuma label yang pasti hilang. Tapi, semangat bergelora pada kebajikan yang menafikan kedudukan justru akan memberi cahaya kepada para penerusnya, dari generasi ke generasi.

Dikatakan ada anugerah pemberian Tuhan YME, ada anugerah pemberian manusia. Kita dekap anugerah yang pertama, dan merelakan kehilangan anugerah yang kedua. Karena itulah inti kehidupan yang memberi kita kebahagiaan sejati, menjauhkan dari rasa sepi, kosong, terbuang dan sepi, terasingkan. Inilah kebahagiaan dalam dao.

Semoga Anda dan saya tetap tersadarkan saat Anda dan saya tak lagi berkedudukan, kecuali kedudukan sebagai manusia makhluk termulia yang ajeg merawat jati diri sejati.

Sungguh Maha Besar Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi Kebajikan. (US) status FB 07122017 20.19


Renungan: Mengzi VIA: 16, Mengzi VB: 1. 4, Lunyu IX: 19

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG