PEREMPUAN MEMBINGUNGKAN, LAKI-LAKI KURANG PEKA?

Salam Kebajikan,

Apakah Anda sebagai seorang laki-laki yang sering bingung dan serba salah saat menghadapi perempuan? Anda sebagai seorang perempuan merasa laki-laki kurang peka? Ada bagusnya Anda membaca buku Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps karya Allan dan Barbara Pease (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).

Beberapa tahun yang lalu saya membaca buku bagus dan penting ini. Di bawah ini saya kutipkan sedikit bagian dari buku tersebut, mudah-mudahan menggelitik Anda untuk membaca dan mempraktekkan dalam kehidupan.


Seorang peneliti dari Kanada, Sandra Witelson melakukan pengujian-pengujian terhadap laki-laki dan perempuan untuk menemukan tempat emosi manusia dalam otaknya. Dengan menggunakan gambar tentang perasaan, pertama-tama diperlihatkan belahan kanan otak melalui mata kiri dan telinga kemudian ke belahan kiri melalui mata kanan dan telinga.

Dari scan MRI, dia menyimpulkan bahwa perasaan laki-laki terletak terutama di dua area di belahan kanan otaknya, sedangkan emosi perempuan tersebar di kedua belahan otaknya.

Bagi laki-laki, titik emosi pada umumnya terletak pada otak sebelah kanan, ini berarti perasaan dapat bekerja secara terpisah dari fungsi otak-otak lainnya. Contohnya, dalam pertengkaran, seorang laki-laki dapat berdebat dengan logika dan kata-kata (otak kiri) kemudian berganti ke solusi ruang (otak kanan depan) tanpa menjadi emosional tentang masalah itu. Seolah perasaan terletak di suatu tempat kecil saja.

Bagi perempuan, perasaan mengendalikan area yang tersebar lebih luas pada kedua belahan otak maka karena itu dapat mengendalikan bersamaan dengan fungsi otak lainnya.

Seorang perempuan dapat menjadi emosional ketika mendiskusikan masalah perasaan, sementara laki-laki hampir tidak melakukan hal yang sama, atau ia menolak begitu saja untuk membicarakan masalah itu. Dengan demikian ia dapat menghindar menjadi emosional atau tampak tidak dapat mengendalikan diri. Secara keseluruhan, perasaan perempuan dapat menjadi aktif secara serempak bersama dengan fungsi otak lainnya.

Seluruh penelitian yang dilakukan pada perempuan dan laki-laki pada tahun 1990-an terus menunjukkan bahwa 70% hingga 80% laki-laki dimana pun masih mengatakan bahwa bagian terpenting dalam hidupnya adalah pekerjaannya, sedangkan 70%-80% wanita mengatakan bahwa pengutamaan paling penting bagi mereka adalah keluarga mereka.

Karena itulah: jika seorang perempuan tidak berbahagia dalam hubungan keluarganya, dia tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya. Namun jika seorang laki-laki tidak bahagia dalam pekerjaannya, ia tidak dapat memusatkan perhatiannya pada hubungannya.

Di bawah tekanan, seorang perempuan memandang melewatkan waktu berbicara dengan suaminya sebagai sebuah penghargaan, tetapi laki-laki melihatnya sebagai ikut campur dalam proses pemecahan masalahnya. Perempuan ingin berbicara, bermanja, namun pasangannya ingin menonton sepakbola.

Bagi seorang perempuan, laki-laki tampak tidak peduli dan tidak tertarik, sedangkan bagi laki-laki, perempuan itu mengganggu dan membesar-besarkan masalah.

Kedua persepsi inilah yang merupakan cerminan perbedaan pengaturan dan pengutamaan di dalam otak mereka. Karena itulah seorang perempuan selalu mengatakan bahwa hubungan mereka lebih penting baginya, sementara suaminya kurang menganggapnya begitu karena kenyataannya begitu.

Dengan mengerti segala perbedaan ini, maka akan mengurangi tekanan pada diri perempuan dan laki-laki dan tidak akan saling menilai perilaku masing-masing dengan kasar.

Ketika memperhitungkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibicarakan dalam bagian ini, mungkin ada beberapa orang yang merasa tidak merasa dan melakukan seperti itu.

Ya, mungkin saja memang tidak melakukan itu. Tetapi apa yang dibicarakan adalah laki-laki dan perempuan pada umumnya yang bersikap seperti kebanyakan laki-laki dan perempuan sehari-hari; yaitu dalam keadaan yang sering kita hadapi dan terlebih lagi yang sudah menjadi bagian masa lalu kita. Ini adalah sebuah “pada umumnya”.

Laki-laki dan perempuan memang berbeda. Bukannya lebih baik atau lebih buruk—hanya berbeda. Satu-satunya persamaan mereka adalah: mereka berasal dari jenis yang sama, yaitu manusia. Menafikan ini semua memang merupakan resep yang cocok untuk luka hati, kebingungan dan kekecewaan disepanjang hidup kita.

Begitu banyak orang dikecewakan dalam hubungan-hubungan mereka. Mereka mencintai pasangan mereka. Mereka mencintai pasangan mereka, tetapi kalau ada ketegangan, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan.

Melalui pemahaman betapa berbedanya kaum laki-laki dan perempuan, kita akan mempelajari cara-cara baru untuk berhubungan, mendengarkan, dan mendukung lawan jenis secara berhasil. Kita akan mempelajari cara menciptakan cinta yang sepantasnya bagi kita.

Pemahaman yang lebih luas mengenai perbedaan-perbedaan itu dapat menolong menguraikan banyak kekecewaan dalam bergaul dan membantu memahami lawan jenis. Kesalahpahaman dapat lenyap dengan cepat atau dapat dicegah. Harapan-harapan yang keliru dengan mudah dikoreksi. Bila kita ingat bahwa pasangan kita berbeda seperti halnya orang yang berasal dari planet lain, kita dapat santai dan bekerja sama dengan perbedaan-perbedaan itu, bukannya melawan atau mencoba mengubahnya.


Mengombinasikan belajar agama dengan membaca kitab suci dan membaca buku pengetahuan khususnya tentang manusia adalah langkah bijak bagi kita yang ingin dapat memahami orang lain dan memahami diri sendiri sehingga dapat mewujudkan keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan.

Hexagram 1 dan 2 Kitab Yijing menunjukkan bahwa Qian (Pencipta) dan Kun (Penanggap/Ciptaan) itu berbeda tapi dari interaksi keduanya terjadi peleburan dan perubahan yang melahirkan berlaksa tak terhingga makhluk dan benda.
Ada Langit dan Bumi, kemudian berlaksa benda mahluk ini. Ada berlaksa benda makhluk ini baru kemudian ada pria dan wanita. Ada pria dan wanita baru kemudian ada suami isteri.
—Shi Gua B. 31–32
Oleh jalinan hubungan langit dan bumi, maka berlaksa benda lebur dan berkembang; oleh adanya saling hubungan benih laki-laki dan perempuan, maka berlaksa makhluk lebur dan lahir/tumbuh.
—Babaran Agung B. V. 43
Di dalam Shijing (Kitab Sanjak) tertulis, ‘Keselarasan hidup bersama anak isteri itu laksana alat musik ditabuh harmonis. Kerukunan antara kakak dan adik itu membangun damai dan bahagia. Maka demikianlah hendaknya engkau berbuat di dalam rumah tanggamu; bahagiakanlah isteri dan anak-anakmu.’
Nabi bersabda, “Dengan demikian yang menjadi ayah bunda pun akan tentram hatinya.”
—Tengah Sempurna XIV: 1–3

Para laki-laki mulailah belajar memahami perempuan dan para perempuan mulailah memahami laki-laki agar pesan kitab suci dapat diwujudkan. Bukankah bila akan pergi ketempat jauh, harus dimulai dari dekat dan mendaki ke tempat tinggi dimulai dari bawah? (US) 29022020



Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG