BAKTI ITU KOMA, BUKAN TITIK.

Gambar oleh www.harrylyn.com

Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Beberapa dekade yang lalu—bahkan hingga kini pada beberapa komunitas—yang masih dianggap sebagai aturan baku dan mutlak adalah keharusan seorang anak taat setaat-taatnya kepada orang tua, tanpa boleh berbeda pandangan apalagi menentang. Memberi saran pun dianggap 'tabu'. Apa yang dikatakan oleh orang tua harus diikuti, titik.

Pandangan seperti ini dianggap sebagai pengertian xiao atau bakti seorang anak pada orang tua yang telah baku dan diikuti generasi ke generasi. Pandangan seperti ini acapkali menyisakan masalah bahkan menimbulkan masalah besar dalam hubungan antara orang tua dan anak, terlebih di zaman internet seperti sekarang yang memberi akses pengetahuan, hampir tak terbatas bagi manusia. Tak terkecuali pengetahuan mengenai agama dan nilai etika moral serta etiket khususnya bagi anak-anak dan remaja yang kehidupannya telah menyatu antara dunia nyata dengan dunia maya.

Bagaimana sebenarnya agama Khonghucu menjelaskan mengenai bakti dalam hubungan orang tua dengan anak? 

Apakah benar dalam bakti itu apa yang dikatakan orang tua harus diikuti, titik bukan koma?

Kita simak pesan dalam Xiao Jing (Kitab Bakti) XV:
Zengzi bertanya, "Murid telah mendengar jelas hal kasih-mengasihi, hormat-menghormati,
memberi ketentraman kepada orangtua dan meninggalkan nama baik;
Kini memberanikan bertanya pula apakah seorang anak yang menurut saja kepada permintaan orangtuanya dapat dinamai laku Bakti?"

Nabi bersabda, "Apa katamu? Apa katamu? 

Pada zaman dahulu terjadi seorang Raja yang mempunyai tujuh orang menteri yang berani memberi peringatan; meski ia sampai ingkar dari Jalan Suci, tidak sampai kehilangan tahtanya. 

Ada seorang pangeran yang mempunyai lima orang menteri yang berani memberi peringatan; meski ia ingkar dari Jalan Suci tidak sampai kehilangan negerinya. 

Ada seorang pembesar yang mempunyai tiga pembantu yang berani memberi peringatan; meski ia ingkar dari jalan benar; tidak sampai kehilangan kedudukannya. 

Seorang bawahan bila mempunyai kawan yang berani memberi peringatan, niscaya tidak kehilangan nama baiknya; dan orang tua yang mempunyai anak yang berani memberi peringatan, niscaya tidak sampai terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak benar; seorang anak tidak boleh tidak memberi peringatan kepada orangtuanya dan seorang pembantu tidak boleh tidak memberi peringatan kepada pemimpinnya. 

Maka di dalam hal-hal yang tidak benar harus diberi peringatan, bagaimana seorang anak yang hanya menurut perintah orangtuanya dapat dinilai berlaku berbakti?".

Jadi seorang anak boleh memberi peringatan pada orang tua? 

Bakti itu bukan titik tapi koma? 

Mungkin Anda heran karena selama ini bakti berkonotasi ketundukan mutlak seorang anak pada orang tua tanpa reserve

Jawabannya: Ya, dalam memuliakan hubungan anak dengan orang tua, seorang anak boleh—bahkan wajib—memberi peringatan agar orang tua tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak benar.

Namun demikian dalam memberi peringatan, Lunyu IV: 18 memberi pesan pada kita sebagai umat Khonghucu:
Nabi bersabda, "Di dalam melayani ayah bunda, boleh memperingatkan (tetapi hendaknya lemah lembut). Bila tidak diturut bersikaplah lebih hormat dan janganlah melanggar. Meskipun harus bercapai lelah, janganlah menggerutu."

Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa dalam agama Khonghucu bakti adalah senjata orang tua untuk menekan anak-anaknya, pandangan itu merupakan kekeliruan besar.

Dalam bakti, pemuliaan hubungan bukan bersifat satu arah dari anak kepada orang tua, tapi meletakkan pula tanggung jawab pada orang tua untuk memberi keteladanan sikap dan penuh kasih sayang pada anak-anaknya, sehingga seorang anak akan patuh dan penuh hormat pada orang tua. Dengan sikap timbal balik hubungan anak dengan orang tua dan orang tua dengan anak dapat dimuliakan.

Para orang tua, kalau anak tidak sependapat dengan Anda, dengarkanlah supaya Anda tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak benar. Anda tentu mengasihi anak Anda, maka tunjukkan dengan sikap kasih sayang, salah satunya dengan mendengarkan dan membuka ruang diskusi. Mungkin saja pandangan Anda sudah ketinggalan zaman karena dunia terus berubah. Dengan demikian anak akan dengan senang hati melayani Anda.

Xiao Jing Bab I : 4 menunjukkan betapa bakti itu pokok kebajikan.
Nabi bersabda, "Sesungguhnya Laku Bakti itu ialah Pokok Kebajikan. Dari situ Agama berkembang ..."

Xiao Jing Bab IX: 1 mengingatkan kita betapa bakti merupakan perilaku utama dan besar yang seyogianya dimiliki manusia.
Nabi bersabda, "Di antara watak-watak yang terdapat antara langit dan bumi, sesungguhnya manusialah termulia.
Di antara perilaku manusia tiada yang lebih besar daripada Laku Bakti. Di dalam Laku Bakti tiada yang lebih besar daripada menaruh hormat dan memuliakan orangtua, dan hormat memuliakan orangtua itu tiada yang lebih besar daripada selaras dan harmonis kepada Tian."

Namun demikian sebagai orang tua, tak pada tempatnya mengabaikan tempat hentian sebagai orang tua agar semangat bakti itu terus bergelora dan agama tumbuh berkembang sehingga keharmonisan dan kesejahteraan memenuhi kehidupan. Tempat hentian orang tua adalah sikap kasih sayang.

Supaya Kitab Sishu tidak nganggur dan berdebu, coba Anda baca Daxue III: 3, Daxue IX: 1, dan Lunyu II: 8 yang berkaitan dengan tulisan ini.

Membaca kitab suci adalah satu tindakan sederhana yang dapat dilakukan agar Anda mengamalkan laku bakti dan tidak keliru memaknainya. (US) 24122020

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG