BELAJAR BERMENTAL POSITIF


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Sebetulnya di keluarga saya, saya adalah anak laki-laki paling tampan. Kalau tidak percaya coba saja tanyakan pada kakak-kakak saya. Saya jamin jawabannya akan mendukung klaim saya. Mungkin dalam hati Anda, saya kok menyebalkan, begitu pede dan sombong. Nanti dulu, saya memang pede karena saya menyatakan fakta yang tak dapat dibantah.

Betapa tidak? Lima kakak di atas saya adalah perempuan. Di atas lima kakak perempuan saya adalah laki-laki. Kalau Anda tanyakan kepada mereka siapa adik laki-laki paling tampan di keluarga saya, jawabnya pasti saya. Jadi saya akan mendapat suara mayoritas, enam suara. Pertanyaan yang dilontarkan haruslah siapa adik laki-laki paling tampan dan kepada enam orang kakak saya tersebut. Jangan tanyakan pada lima kakak saya di atasnya lagi ya. Jangan pula pertanyaan yang berbeda.

Di antara semua anak dari kedua orang tua, saya adalah anak yang paling sempurna. Kenapa? Karena saya adalah anak bungsu. Logikanya sederhana, 'produk' dibuat belakangan biasanya kan lebih bagus dan canggih. Contohnya handphone, mobil, atau pesawat terbang. Betul atau benar?

Saya sering melontarkan candaan tersebut dalam berbagai kesempatan kepada istri, kakak, dan keponakan, sehingga kami bisa tertawa lepas, minimal nyengir, mengendorkan otot-otot yang tegang.

Kalau seandainya pertanyaan dan pernyataan saya ubah, tidak seperti pertanyaan dan pernyataan yang saya candakan pada istri, kakak dan keponakan saya, jawabannya belum tentu sama dengan jawaban yang saya arahkan bahwa saya adalah anak lelaki yang paling tampan dan saya adalah anak yang paling sempurna. Bahkan bisa saja jawabannya bertolak belakang dengan jawaban yang saya harapkan. Lima kakak laki-laki saya tampan-tampan loh. Laki-laki tentu tampan bukan cantik.

Seringkali kita tidak mensyukuri kehidupan, berkeluh gerutu atas apa yang tidak berhasil dicapai, atas pekerjaan atau kehidupan yang tidak sesuai harapan.

Tidak puas dengan tubuh yang kita punyai, atas hidung mungil di wajah, atas bokong yang kurang aduhai, atas alis, dada, telinga, bibir, jidat, dan segala hal lainnya.

Seringkali kita terbiasa melihat kekurangan dan kelemahan kita dan kurang memperhatikan kelebihan dan kekuatan kita. Kita sering pula membandingkan kekurangan kita dengan kelebihan orang lain. Kelemahan kita dengan kekuatan orang lain. Apakah hal itu membantu kita lebih nyaman dan lebih baik? Seringkali tidak. Yang ada adalah rasa minder, stress, dan semakin terpuruk, alih-alih termotivasi.

Kenapa tidak sekali-kali melakukan seperti apa yang saya lakukan, walau sekedar bercanda? Agar kita tidak acapkali fokus pada kekurangan kita tapi mencari kelebihan dan kekuatan kita, walau mungkin kita merekayasa pertanyaan dan pernyataan kita agar 'menguntungkan' kita seperti apa yang saya candakan.

Kita perlu mengubah cara pandang kita pada diri kita, pada lingkungan kita dan pada dunia. Cara kita memandang dunia seringkali menentukan suasana hati kita. Cara kita menghadapi dan berpikir atas suatu peristiwa sangat menentukan apakah kita akan lama terpuruk atau segera bangkit. 

Dunia tempat kita hidup akan tampak baik atau buruk seringkali ditentukan oleh cara pandang atau paradigma kita. Suatu peristiwa yang kita alami dan kita rasakan sebagai sebuah tragedi, seiring berjalannya waktu, bisa saja berubah menjadi seperti sebuah komedi yang membuat kita tertawa. Padahal peristiwanya sama, tidak berubah.

Cara kita memandang diri kita sendiri biasanya paralel dengan cara pandang kita pada dunia dan dunia memandang kita. Maka pertama-tama hargailah diri sendiri terlebih dahulu. Citra positif yang keluar dari diri akan berpengaruh pada cara pandang orang lain pada diri kita.

Orang sering bercanda pada saya bahwa anak bungsu terlahir dari bahan baku 'sisa', anak sulung dihasilkan dari 'bahan baku' terbaik kedua orang tua. Candaan itu saya balik seratus delapan puluh derajat. Apakah kenyataannya saya lebih baik dan 'sempurna' dari kakak-kakak saya? Ya belum tentu juga, alias relatif. Kami mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta mempunyai kontribusi masing-masing dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan sesama.

Setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Setiap manusia punya peran dan kontribusi berbeda dalam kehidupan ini. Kenapa Anda dan saya mesti minder dan rendah diri?

Sebuah sekrup kecil bila tidak terpasang dengan benar dalam sebuah mesin pesawat dapat menyebabkan pesawat tersebut tak dapat terbang. Jadi mengapa sekrup mesti merasa tak berharga bila dibandingkan tubuh pesawat?

Kita telah dikaruniai tubuh, Tian ming, karakter, bakat, talenta, inteligensia, dan banyak hal positif lain. Mengapa semua itu tidak kita syukuri? Mengapa tidak kita kembangkan kekuatan kita sambil memperbaiki kekurangan kita? Jangan lupa tetap rendah hati, bukan rendah diri.

Untuk belajar bersyukur kadang kita harus melihat diri kita dan dunia kita dari perspektif dan paradigma berbeda.

Banyak hal di dunia ini tak mampu kita ubah, tapi kita bisa mengubah diri kita, asal kita mau. Tinggal lakukan.

Coba tanyakan pada istri saya, siapa laki-laki baik, tampan dan pintar yang dia nikahi? Jawabannya pasti saya. 

Kalau jawabannya bukan. Memangnya istri saya punya suami lain? (US) 19122020


Renungan: Daxue VII: 2, Lunyu IV: 17, Lunyu VI: 11, Mengzi IV B: 28.

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG