AKU PANDAI


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

"Pada tanggal anu tahun itu, saya berhasil melakukan perubahan ..." (mungkin ya mungkin tidak, mungkin 'saya' mungkin 'kami')

"Coba lihat tulisan saya di medsos telah dibaca sekian ribu orang ..." (bisa di cek di medsos)

"Saya kenal dengan pejabat anu secara pribadi ..." (mungkin ya, mungkin tidak)

"Saya founder organisasi ..." (bisa saja bukan)

"Saya banyak menolong orang ..." (mungkin ya)

"Dulu saya yang melakukan hal ..." (mungkin 'saya' atau mungkin juga 'kami')

"Saya ... hebat" (mungkin ya, tapi orang yang lebih hebat kan ada)

"Saya ... pintar" (mungkin ya, tapi orang pintar kan banyak)

"Saya ..." (bisa juga sebetulnya 'kami' atau 'kita')

"Saya ... bla-bla-bla ..."
"Saya ... bla-bla-bla ..."

Ada orang tertentu yang mengumumkan dan mengklaim dirinya adalah orang pintar, hebat, banyak berbuat, dan banyak berjasa. Yang ingin dia kemukakan dan diakui oleh orang-orang adalah "Nih lihat saya orang yang luar biasa, hebat, pintar, jagoan... kamu, engkau, kalian semua harus tahu..."

Mungkin bahasa cinta dia adalah kata-kata pendukung, namun sepanjang hidup, dia kurang mendapatkan apa yang dia harapkan sehingga dia perlu menunjukkan pada orang-orang agar orang-orang memenuhi tangki cintanya yang tidak pernah penuh.

Bagi orang-orang yang mengerti bahasa cinta, walaupun orang tersebut terkesan narsis, lebay, 'sombong' dan menyebalkan namun akan tetap memaklumi dan berupaya membantu untuk mengisi tangki cinta orang tersebut dengan memberi pujian atau sekedar memberi 'like'.

Sebetulnya, apa yang telah kita lakukan apalagi menyangkut hal besar tidak harus selalu diketahui orang. Jarang sekali 'prestasi' yang kita lakukan adalah hasil kerja kita sendiri. Ada orang lain yang bekerja sama atau membantu kita mewujudkan hal tersebut.

Bisa saja apa yang kita anggap suatu perubahan adalah ide kita, ternyata sebetulnya telah diwacanakan oleh orang lain jauh sebelumnya tapi ide yang sama tersebut tidak kita ketahui karena kita jarang berkomunikasi atau alasan lain.

Disadari atau tidak, sikap menonjolkan 'saya' memberi kesan kurang baik dan bukan tidak mungkin menjadi bahan omongan orang-orang walau mungkin tidak dikemukakan langsung di hadapan dia.

Di samping karena bahasa cinta, klaim saya adalah orang hebat, berjasa dan pintar bisa juga menunjukkan sebetulnya prestasi orang tersebut biasa-biasa saja dan orang-orang tak terlalu peduli karena dampaknya tidak besar.

Bisa juga orang demikian memang orang yang arogan dan sombong atau tak banyak yang telah dilakukannya dalam bidang tersebut.

Coba kita camkan apa yang disabdakan Nabi Kongzi dalam Lunyu VI: 1.
“Banyak orang berkata 'Aku pandai!', tetapi jika dihalau ke dalam jaring, pikatan atau perangkap, mereka tidak dapat mengetahui bagaimana harus membebaskan diri. Banyak orang berkata 'Aku pandai!', tetapi jika suatu ketika bertekad hendak hidup di dalam Tengah Sempurna, ternyata tidak dapat mempertahankan sekalipun hanya sebulan."

Melihat orang-orang seperti ini, yang paling penting adalah bagaimana kita introspeksi diri. Dalam hal tertentu saja kita perlu memberitahu bahwa kita atau si anu sebetulnya turut andil kalau klaim orang sudah keterlaluan. Itupun bersiaplah untuk bermasalah. Karena orang yang mengklaim kemungkinan besar membentengi diri dengan berbagai alasan walau fakta dan data yang menggugurkan klaim tersebut sebetulnya mudah ditelusuri.

Ada hal lebih penting dalam kehidupan ini di atas klaim 'Aku pandai'. Lebih baik tunjukkan terus karya, prestasi dan berusaha hidup dalam tengah sempurna. Jangan terjerat dalam keakuan sampai tak mampu melepaskan diri.

Bung Karno, Mahatma, Mandela, Steve Jobs, Bill Gates, Hartono bersaudara, Liem Sioe Liong, Xs. Tjhie, Lim Khin Yun, dan Suhu Chew diakui kontribusinya dalam bidang dan lingkup berbeda tanpa mereka perlu mengklaim dirinya hebat, pintar, dan berjasa. (US) 20042021

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG