SANJAK UNTUK KITA


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Membuat Sanjak atau bisa juga Puisi adalah kebiasaan yang baik dan dianjurkan oleh Nabi dalam membangun hati kita mengarah pada pilihan hidup yang bijaksana. Namun demikian Sanjak yang perlu dibuat adalah Sanjak yang keluar dari kalbu tempat watak sejati bersemayam bukan Sanjak yang datang dari pikiran sesat dipenuhi nafsu.
"Bangunkan hatimu dengan sanjak. Tegakkan pribadimu dengan kesusilaan. Sempurnakan dirimu dengan Musik." 
—Lunyu VIII: 8

Ayat dalam Kitab Lunyu (Sabda Suci) tersebut menunjukkan betapa penting Sanjak dalam kehidupan manusia.

Begitu pentingnya Sanjak dalam upaya pembinaan diri manusia, salah satu kitab dari Wujing adalah Kitab Sanjak (詩經, Shi Jing).
Nabi bersabda, "Ada tiga ratus sanjak lebih dalam kitab Sanjak, tetapi dapat diringkas menjadi satu kalimat, 'Pikiran jangan sesat'".
—Lunyu II: 2

Karena sabda Nabi itulah mari belajar membiasakan diri membuat dan membaca sanjak atau puisi.

Coba Anda simak puisi di bawah ini.

Tadi ku buka jendela kamar
Ada rasa ada asa saat kaki menjejak bumi
Mengharap wangi bunga dan sapaan embun memanjakan indra
Ah, nyatanya bunga dan embun lama telah sirna
Hanya kalbu masih mengenang saat wangi bunga dan sejuk embun menyapa di rimbun taman yang sekarang tak lagi ada
Bau asap dan deru roda nyata menyesap mata dan juga ... telinga

Lama ku buka pintu kalbu
Ada asa ada cita andai hati menyelaras sang anugerah kehidupan
Mengharap terang cahaya dan sejuk firman menyapa
Ah, nyatanya tak semudah mentari dan rembulan memberi terang
Acap jiwa salah memilih jalan ke semak belantara angkara bukan ke lembut belaian benih kebajikan
Bukan apa ... 
angkara kerap genit menggoda keras bersuara memekakkan bisikan suara hati

Indra yang panca ... 
kalbu yang merona ganti berganti berebut asa, rasa dan cita
Asa dan rasaku nanar tak berdaya 
menggapai cita menyelaras sang pencipta 
saat indra yang panca bertingkah... 

Ah ...

Aku manusia biasa ... 
acap tak mampu waspada dan bijak walau hanya seharian

Aku manusia biasa ... 
kerap lalai memegang erat pada yang utama walau hanya sepagian

Aku manusia biasa ...
yang perlu terus belajar mendengar bisikan lembut suara di tengah hingar bingar keinginan

Aku manusia biasa ...
yang perlu terus membiasa peka
 
Peka pada wangi bunga dan sejuk embun 
di taman kebajikan yang terus ada 
walau tak nampak nyata di panca indra

Bukan apa ... 
Itulah jalan utama sang pencipta 
tempat aku semestinya ada dan berada

Hati dan pikiran terasa plong saat selesai membuat Puisi di atas. Cuma saya belum memberi judul.

Kira-kira judulnya apa ya?

Coba Anda bantu saya membuatkan judulnya dan simpan dalam hati Anda.

Bantu juga untuk menyempurnakan dengan Puisi/Sanjak Anda.

Anda bersedia membantu? (US) 10042021

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG