BIJAKSANA MENGHADAPI MASALAH


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Apakah Anda pernah dan sedang mengalami masalah dalam kehidupan Anda, baik masalah hubungan, keuangan, karir, pernikahan, perceraian, pendidikan, banjir, kesehatan, atau masalah lainnya? Kalau Anda menjawab, Ya. Selamat! Artinya Anda masih hidup!! Menurut salah satu buku yang pernah saya baca hanya orang di kuburan yang tidak lagi punya masalah.

Masalah adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup setiap manusia. Yang membedakan adalah bagaimana manusia menyikapi masalah yang dia hadapi.

Ada manusia yang terjebak dalam kubangan masalah, terus menggerutu dan menyesali hingga 'lupa' untuk mencari jalan keluar dari masalah. Dia menyerah kalah karena tak lagi dapat melihat cahaya walau sebetulnya cahaya tak pernah meninggalkan kehidupan.

Ada manusia yang fokus pada solusi, dia tidak terjebak pada kubangan masalah tapi terus mencari jalan keluar, baginya bila pintu besi sudah tertutup, masih ada jendela atau atap atau bahkan dinding yang bisa dijebol walau jendela atau atap atau dinding tersebut hanya menyisakan sedikit lubang yang memungkinkan cahaya masuk, bahkan sebetulnya yang ada adalah cahaya batin dalam dirinya. Baginya tiada masalah yang tak dapat diatasi.

Anda dan saya bisa jadi sedang mengalami masalah yang berbeda, baik intensitas maupun berat ringannya. Anda mungkin sedang mengalami masalah berat dan terus menerus, lebih berat dan lebih intens dari saya. Bisa juga sebaliknya. Anda dan saya terlahir berbeda, punya pengalaman hidup dan latar belakang berbeda, menyikapi masalah pun bisa jadi berbeda. 

Tapi pilihan kita dalam menghadapi masalah bisa saja sama. Adalah pilihan bijak untuk tidak terjebak dalam kubangan masalah tapi fokus pada solusi. Pilihan ini akan memungkinkan Anda dan saya menaiki tangga kehidupan yang lebih tinggi setidaknya dalam hal mental-spiritual.

Sebagai seorang Zhisheng (Nabi Agung), Kongzi telah mengetahui tentang manusia.
"Ada orang yang sejak lahir sudah bijaksana, ada yang karena belajar lalu bijaksana, ada yang karena menanggung sengsara lalu bijaksana; tetapi kebijaksanaan itu satu juga. Ada orang yang dengan tenang tenteram dapat menjalani, ada yang karena melihat faedahnya lalu dapat menjalani dan ada pula yang dengan susah payah memaksa diri untuk menjalani. Tetapi hasilnya akan satu juga."

Sedikit orang yang terlahir bijaksana. Saya dan Anda kemungkinan besar adalah orang yang karena belajar atau karena menanggung sengsara (menghadapi masalah besar) lalu menjadi bijaksana. Sebetulnya ayat tersebut mengingatkan kita bahwa kita seyogianya bisa memilih menjadi manusia pembelajar dan tak perlu menanggung sengsara dulu untuk menjadi bijaksana. 

Sayangnya kita sering abai belajar kebijaksanaan sejak dini.

Kalau masih dapat menjadi manusia bijaksana setelah menanggung sengsara (menghadapi masalah besar) tak perlu pula disesali. Itu lebih baik daripada kita terkapar dalam kubangan masalah, tak insaf untuk belajar, dan tak mampu bangkit memperbaiki diri, karena itulah manusia tingkat terendah.
Nabi Kongzi bersabda, "Orang yang sejak lahir sudah bijaksana, inilah orang tingkat teratas. Orang yang belajar lalu bijaksana, ialah orang tingkat kedua. Orang yang setelah menanggung sengsara lalu insaf dan mau belajar, inilah orang tingkat ketiga. Dan orang yang sekalipun sudah menanggung sengsara, tetapi tidak mau insaf untuk belajar, ialah orang yang paling rendah diantara rakyat."

Hidup adalah pilihan. 

Selagi kita punya kesempatan mengapa tidak memilih yang lebih baik? (US) 18062021


Zhong Yong XIX: 9, Lunyu XVI: 9.

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG