PRINSIP DASAR DAN MEMECAHKAN MASALAH DALAM HUBUNGAN


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Kehidupan manusia tentu tak luput dari problematika, persoalan atau masalah. Salah satunya adalah masalah hubungan. Secara umum masalah hubungan yang dihadapi sekurangnya mencakup lima hal: Masalah antara orang tua dengan anak, suami dengan istri, adik dengan kakak, atasan dengan bawahan dan kawan dengan sahabat. Masalah dapat meluas pada hubungan antara guru dengan murid, rohaniwan dengan umat, sepasang kekasih, relasi bisnis, tetangga, dan berbagai hubungan lain.

Dalam setiap masalah ada hal-hal umum yang dapat dijadikan pegangan atau dikerjakan dan ada hal-hal khusus yang perlu dilakukan berbeda dalam hubungan berbeda.

Agama Konghucu memberi pedoman dan prinsip dasar yang perlu ditaati agar hubungan dapat berlangsung harmonis dengan sedikit friksi di dalamnya seperti dibimbingkan dalam Kitab Daxue dan Liji. 

Pedoman dasar tersebut dikenal sebagai Tempat Hentian. Tempat Hentian berkaitan erat dengan Puncak Kebaikan atau Kebaikan Tertinggi yang seharusnya kita lakukan dalam kedudukan kita sebagai orang tua (ayah/ibu), anak, suami, istri, adik, kakak, atasan, bawahan, kawan dan sahabat.

Dalam masing-masing kedudukan, tentu saja ada prinsip dasar utama sikap yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum prinsip-prinsip yang lain dipenuhi pula. Dalam bahasa kita sekarang, ada skala prioritas. Kalau prioritas utama tak terpenuhi, timbullah masalah dan hubungan akan berjalan kurang harmonis. Bila masalah dibiarkan berlarut-larut dan tidak segera diatasi dengan bijaksana, cinta kasih dan berani maka bukan tak mungkin akan timbul konflik besar yang semakin sulit untuk diatasi.

Tempat hentian orang tua adalah kasih sayang pada anak, tempat hentian anak adalah berbakti; kakak lembut hati, adik rendah hati; suami memegang kewajiban/kebenaran, isteri mengikuti; yang tua murah hati, yang muda mematuhi; penguasa/atasan berperi Cinta Kasih, menteri/bawahan setia dan hormat akan tugas; kawan dan sahabat dapat dipercaya.

Inilah prinsip dasar utama sikap yang harus dipenuhi. Hubungan akan terjalin harmonis saat hubungan timbal balik didasari tempat hentian yang timbal balik pula. Bila ada masalah, yang perlu diperbaiki terlebih dahulu adalah spirit tempat hentian ini, barulah hal-hal lain. Bila diumpamakan pohon, tempat hentian adalah akar. Bijaksana, Cinta kasih dan berani adalah batang sedangkan kebajikan yang lain adalah ranting-rantingnya dalam masing-masing hubungan.

Setelah kebajikan utama yang tepat sesuai dengan kedudukan menjadi akar dan kebajikan lain menjadi batang dan ranting pohon hubungan, ilmu pengetahuan dapat memperkokoh pohon dan pohon akan tumbuh subur berbunga serta berbuah keharmonisan dan kebahagiaan.

Pemahaman mengenai personalitas, perbedaan laki-laki dan perempuan serta bahasa kasih adalah ilmu pengetahuan penting yang memperkokoh. Dari pengetahuan-pengetahuan ini akan memampukan kita punya rasa empati dan memperkuat kemampuan kita untuk tenggang rasa dan tepasalira.

Di samping itu kemampuan untuk mendengarkan sehingga mampu berdiskusi dan memecahkan masalah, penting dimiliki dan diasah.

Dalam memecahkan masalah kita bisa meneladani Mengzi dan Nabi Kongzi seperti diungkapkan dalam dua ayat berikut.
"Belajar seluas mungkin dan membicarakannya sejelas mungkin, ialah untuk mengenal masalahnya dan dapat mengemukakan secara singkat intisarinya."
Nabi bersabda, "Adakah Aku mempunyai banyak pengetahuan? Tidak banyak pengetahuanKu! Tetapi kalau datang seorang yang sederhana bertanya dengan kekosongan hatinya; dengan berpegang pada kedua ujung persoalan yang dikemukakannya, Aku akan berusaha baik-baik memecahkan persoalannya."

Jangan dilupakan, untuk mencegah timbulnya persoalan besar dalam hubungan-hubungan tersebut di atas perlu dicamkan sabda Nabi Kongzi dalam Lunyu.
"Ada tiga hal yang sangat diperhatikan oleh seorang Junzi. Pada waktu muda, di kala semangat masih berkobar-kobar, ia berhati-hati dalam masalah asmara; setelah cukup dewasa, di kala badan sedang kuat-kuatnya dan semangat membaja, ia menjaga diri terhadap perselisihan, dan setelah tua, di kala semangat sudah lemah, ia hati-hati terhadap ketamakan."

Untuk itu kita perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mencamkan ayat dalam Zhongyong.
"Banyak-banyaklah belajar, pandai-pandailah bertanya, hati-hatilah memikirkannya, jelas-jelaslah menguraikannya dan sungguh-sungguhlah melaksanakannya."

Yang tak kalah penting adalah tidak mengumbar nafsu dan menjaga hati tengah tepat pada tempatnya, yang memungkinkan pikiran bersih dan hati lurus sehingga mampu mengurai dan memecahkan masalah dengan baik.

Kehidupan itu tidak sesederhana yang kita pikirkan, tidak pula serumit yang kita bayangkan, semua berjalan sesuai proporsinya masing-masing.

Kita tinggal memilih apakah akan mempersiapkan diri atau tidak. (US) 20062021


Da Xue Bab III, Liji VII Li Yun: 19, Zhong Yong XIX: 8, Mengzi IVB: 15, Lunyu IX: 8, Lunyu XVI: 7, Zhongyong XIX: 19, Da Xue VII: 2, Zhong Yong Bab Utama: 4-5.

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG