LAYAKKAH SAYA SEBAGAI UMAT KHONGHUCU?


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Nabi bersabda, "Kebajikan tidak dibina, pelajaran tidak diperbincangkan, mendengar kebenaran tidak dapat melaksanakan dan terhadap hal-hal yang buruk tidak dapat memperbaiki; inilah yang selalu menyedihkan hatiKu."

Apa yang ada di benak Anda saat membaca ayat dalam Lunyu VII: 3 di atas?

Seringkali ayat yang kita baca hanya menjadi sekelebat teks yang masuk ke dalam retina mata dan tak menyentuh kedalaman hati tempat kita berpikir lebih mendalam.

Hidup beragama bukanlah sekedar membaca teks Kitab Suci, tapi bagaimana kita merefleksikan diri atas ayat yang kita baca lalu melakukan introspeksi. Dengan cara demikian kita mulai mengkalibrasi kehidupan yang kita jalani apakah telah berada dan berjalan dalam dao atau tidak. Ayat akan menjadi petunjuk bagi kita dalam upaya kita memperbaiki diri, membaharui diri dan membina diri kita, yang memampukan kita merengkuh kebajikan bercahaya.

Ayat di atas memberi petunjuk pada kita bahwa kebajikan perlu dibina. Kebajikan bukanlah anugerah Tuhan yang beku tetapi benih yang perlu dipupuk, disirami, disemai, dibina sehingga cahayanya menjadi gemilang bukan hanya bagi diri kita tapi juga bagi sesama manusia, makhluk, dan benda.

Dalam upaya pembinaan diri kita perlu belajar. Membaca, mendengar dan memperbincangkan teks kitab suci agar pemahaman tidak keliru adalah penting.

Beberapa ayat seperti misalnya ayat ini tinggal dipraktikkan.

Ayat suci dalam bahasa kitab seringkali mengandung ambiguitas arti sejalan dengan perkembangan bahasa, perkembangan level pengetahuan dan perbedaan zaman saat kita hidup dan nabi mengajar. Bahasa berkembang dari masa ke masa, pengetahuan kita pun tentu seyogianya berkembang. 

Mempunyai pembimbing yang kredibel dan mumpuni adalah keniscayaan dan privilege yang perlu disyukuri. Bila tak mempunyai pembimbing tetap banyaklah bertanya, berpikir dan berdiskusi. Begitulah memperbincangkan pelajaran. Kalau Anda tak bisa bahasa kitab, tak menghalangi Anda untuk belajar. Teks-teks terjemahan dan tafsir pada akhirnya akan membimbing Anda memahami kitab dan suatu ayat dengan baik.

Yang tak kalah penting dan tak boleh diabaikan adalah tindakan dan aksi nyata dalam kehidupan. 

Bila kita tak berubah menjadi lebih baik sebagai manusia, tak berlebihan bila dikatakan kita menyia-nyiakan pengetahuan kita. Pengetahuan agama hanya akan menjadi pengetahuan murni yang asyik untuk diotak-atik hurufnya, ditafsirkan, dibuat teori dan ditulis menjadi buku tapi tak memberi kontribusi maksimal bagi kehidupan, terutama bagi diri pribadi. Kita tetap menjadi pribadi yang terkungkung dalam empat cacat: berangan-angan kosong, mengharuskan, kukuh dan menonjolkan aku. 

Dalam ayat ini, ketidakmampuan kita menangkap esensi belajar agama dan kegagalan kita melakukan tindakan dan aksi nyata dikatakan sebagai 'mendengar kebenaran tidak dapat melaksanakan dan terhadap hal-hal yang buruk tidak dapat memperbaiki'.

Seberapa besar penghormatan kita pada Guru Agung Sepanjang Masa? Jangan-jangan sebetulnya penghormatan kita hanya sebatas di bibir, tak menyentuh kedalaman hati atau lebih jauh pada iman kita. Bisa jadi disadari atau tidak, kita telah 'menyedihkan' hati Beliau. 

Bisa jadi kita adalah umat Ru yang Xiaoren, bukan umat Ru yang Junzi. Atau sebetulnya secara hakiki kita tidak layak menamakan diri umat Konghucu. 

Yuk kita bebenah diri. (US) 07102021

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG