ARWANA DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Beberapa waktu yang lalu seorang kolega bisnis menelpon setelah bertahun-tahun hilang kontak. Setelah bertanya kabar dan berbasa basi, akhirnya saya tanyakan mengenai bisnis kolega saya tersebut.

"Pak, bagaimana bisnis arwana sekarang?"

Kolega saya mempunyai beberapa bisnis salah satunya adalah penangkaran arwana. Dia mempunyai 70 kolam penangkaran. Lebih kurang 20 tahun yang lalu saya beberapa kali berkunjung ke rumah dan ke kolam penangkarannya di Kalimantan Selatan.

Ada ratusan bahkan ribuan ekor ikan arwana golden red dan super red hasil penangkaran yang siap dipasarkan baik di Indonesia maupun mancanegara.

Itu dulu ...

"Wah sekarang berat, Pak. Sekarang produksi arwana menurun karena air telah tercemar. Di area sekitar penangkaran telah banyak dibangun perumahan," suara kolega saya terdengar cemas di handphone saya.

"Beberapa tahun yang lalu saat banjir besar di Kalimantan Selatan, tembok area penangkaran jebol. Lebih dari seribu ekor arwana terlepas dari kolam," lanjut kolega saya dengan suara terenyuh atas apa yang terjadi.

Permintaan ikan arwana dari negara-negara Asia Timur khususnya Tiongkok dan Hongkong biasanya akan melonjak saat tahun naga tiba. Dulu kolega saya bisa menghasilkan uang milyaran dari bisnis ikan arwana.

Penurunan pendapatan dari bisnis ikannya bukan saja karena penurunan hasil penangkaran tapi juga karena aturan yang semakin ketat mengenai ukuran ikan yang diterima di negara peminat, kewajiban pemasangan chip penanda bahwa ikan tersebut legal untuk diperjualbelikan serta beberapa aturan lain.

Obrolan berlanjut mengenai arwana dan bisnis lain yang mengalami penurunan pula karena perubahan zaman.

Sekarang banjir, banjir bandang dan tanah longsor acap kali terjadi bukan saja di pulau Kalimantan tapi di pulau-pulau lain akibat kerusakan lingkungan hidup.

Penebangan dan pembakaran hutan yang semena-mena, pembangunan pemukiman serta perluasan lahan perkebunan menyebabkan keseimbangan alam terganggu. Daerah resapan air menyempit. Banjir, banjir bandang, dan tanah longsor adalah akibat logis dari berlakunya hukum alam. Sebetulnya akibat ulah manusia tidak hanya sampai situ. Perubahan iklim dan pemanasan global yang menyebabkan meningkatnya permukaan air laut merupakan akibat ulah manusia yang kebablasan 'menganiaya' alam.

Manusia tidak bisa menghindar dari keterkaitan tiga entitas (sancai) Tian Di Ren.

Dengan sederhana kitab suci Konghucu mengingatkan manusia agar menghentikan penebangan pohon secara serampangan dan sebelum waktunya karena itu perbuatan tidak berbakti. Diingatkan pula agar menangkap ikan tidak menggunakan jala yang terlalu rapat karena jala yang terlalu rapat akan menangkap ikan-ikan kecil dan hewan-hewan lain yang akan mengganggu keseimbangan alam. 

Sayang, manusia menjadi bodoh saat dikuasai keinginan untuk mendapat keuntungan dan dikuasai keserakahan. 

Alam takkan diam.

Setelah hampir setengah jam asyik mengobrol,  obrolan berakhir karena ada telpon masuk.

Saya merenung, apakah saya termasuk orang yang dikuasai keinginan dan keserakahan sehingga berkontribusi pada kerusakan alam yang akhirnya kembali ke saya? 

Mungkin juga.

Sekarang berapa ya harga ikan arwana super red? Saya lupa tanya. (US) 16112021

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG