DONGZHI, 21 DESEMBER?


Salam Kebajikan, 
惟德動天,

Pada zaman dinasti Zhou (1046 SM – 256 SM), saat matahari berada di 23½° Lintang Selatan adalah hari Tahun Baru.

Upacara sembahyang Jiao dilaksanakan pada hari Xin; karena pada hari itu Dinasti Zhou pertama kali melaksanakan sembahyang besar Jiao pada saat hari mulai kembali (Dong Zhi).
—Liji IX, Jiao Te Sheng II: 3
“Pada bulan Zheng Yue (Cia Gwee) saat matahari di garis balik (selatan), itu saat melakukan sembahyang kepada Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa). ..." 
—Liji XVIII ZA JI B II: 24

Waktu kita geser ke tahun 2021 Masehi. Titik balik Matahari di 23½° Lintang Selatan  terjadi pada hari ini, Selasa 21 Desember 2021. Fenomena astronomi ini punya nama lain Solstis Desember, Winter Solstice, atau titik balik musim dingin.

Dikutip dari situs Edukasi Sains LAPAN, Solstis Desember adalah posisi ketika Matahari berada paling selatan terhadap ekuator langit jika diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.

"Puncak Solstis Desember tahun ini terjadi pada tanggal 21 Desember pada pukul 22.59.23 WIB. Baik pengamat di belahan Bumi bagian utara maupun selatan, akan mendapati Matahari terbit dari arah timur-tenggara dan terbenam dari arah barat-barat daya," kata Organisasi Penerbangan dan Antariksa (ORPA) BRIN (dulu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional/LAPAN).

Jadi hari ini, adalah Dongzhi. Tak perlu bingung bila Dong Zhi bukan tanggal 22 Desember dalam penanggalan Masehi seperti tahun ini. Penanggalan Masehi atau Gregorian yang merupakan modifikasi penanggalan Julian baru digunakan pada tahun 1582. Kebetulan saja Dongzhi bersamaan dengan tanggal 21, 22, atau 23 Desember pada penanggalan Masehi.

Kita tidak lagi merayakan tahun baru karena awal tahun baru tidak lagi pada saat Dongzhi, sekarang penanggalan yang kita gunakan adalah penanggalan Kongzi (Kongzili) yang populer dikenal sebagai penanggalan Imlek dengan awal tahun antara saat dahan (20 Januari) dan yushui (19 Februari). Namun demikian umat Konghucu tetap melaksanakan upacara persembahyangan Dongzhi kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan sajian khas ronde.

Upacara sembahyang JIAO ialah untuk persembahan syukur besar kepada TIAN Tuhan Yang Maha Esa dan diarahkan kepada matahari yang menjadi jodoh rembulan. Dinasti Xia melakukan sembahyang seperti itu di dalam gelap (malam hari); dinasti Yin melakukan sembahyang itu di dalam terang (tengah hari); dan dinasti Zhou melakukan sembahyang itu sepanjang hari, terutama saat fajar dan menjelang malam.
—Liji XXI JI YI I: 18

Umat Konghucu Indonesia biasa melaksanakan persembahyangan saat menjelang fajar dan malam hari. Hal ini karena mengikuti Nabi Kongzi yang hidup pada saat zaman Zhou.

Bertepatan saat Dongzhi, Nabi mulai perjalanannya berkeliling negeri selama 13 tahun untuk menjalankan misinya sebagai Genta Rohani mengembalikan dunia ke dalam dao.

Nabi Kongzi adalah Genta Rohani yang menyedarkan manusia kembali ke dalam dao. Melalui ajarannya Nabi mengetuk hati manusia untuk hidup dalam dao.

Penjaga tapal batas negeri Yi (Gi) mohon bertemu dengan Nabi dan berkata, “Setiap ada seorang junzi lewat di sini, aku tidak pernah tidak menemuinya.”

Oleh para murid ia diizinkan menemuinya.

Setelah keluar, ia berkata, “Saudara-saudaraku, mengapa kalian nampak bermuram durja karena kehilangan kedudukan? Sudah lama dunia ingkar dari dao, kini Tian Yang Maha Esa menjadikan Guru selaku Mu Duo (Genta Rohani).”
—Lunyu III: 24

Nabi Kongzi melaksanakan misinya tersebut karena sebagai seorang Sheng telah memperoleh penglihatan batin (wahyu) bahwa beliau mendapat tugas dari Tian, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tugas suci dan mulia ini berbagai bahaya yang mengancam dapat dilalui karena senantiasa berada dalam perlindungan dan rahmat Tian.

Nabi terancam bahaya di Negeri Kuang. Beliau bersabda, “Sepeninggal Raja Wen, bukankah kitab-kitabnya aku yang mewarisi?”

“Bila Tian hendak memusnahkan kitab-kitab itu, aku sebagai orang yang lebih kemudian, tidak akan memperolehnya. Bila Tian tidak hendak memusnahkan kitab-kitab itu, apa yang dapat dilakukan orang-orang Negeri Kuang atas diriku?”
—Lunyu IX: 5

Nabi dengan penuh iman berkeyakinan bahwa tiada sesuatu yang bukan karena Ming (Firman). Apapun hambatan dan tantangan yang dihadapi tidak terlepas dari Ming (Firman).

Gong Bo Liao memfitnah Zi Lu di hadapan Ji Sun.
 
Zi Fu Jing Bo datang kepada Nabi dan melapor, “Tuanku nampaknya keras kepala membenarkan hasutan Gong Bo Liao, tetapi saya masih mempunyai tenaga untuk membunuhnya dan menyeret mayatnya ke pasar.”

Nabi bersabda, “Kalau dao akan dapat dilaksanakan dan berkembang, itulah ming; kalau dao itu harus musnah, itupun ming. Apa yang dapat dilakukan Gong Bo Liao terhadap ming?”
—Lunyu XIV: 36

Dalam setiap upaya dan misi yang dilaksanakan takkan pernah lepas dari kritik dan sikap sinis. Tapi Nabi menyadarkan kita bahwa kita adalah manusia yang harus menjalankan kemanusiaan kita agar selaras dengan Jalan Suci Tian. Kita manusia harus menjalani kehidupan ini bersama manusia, bukan menyingkirkan diri dari manusia.

Chang Ju dan Jie Ni mengolah ladang mereka bersama.
 
Nabi Kongzi melewatinya lalu meminta Zi Lu untuk bertanya pada mereka letak
tempat penyeberangan.

Chang Ju membalas bertanya, “Siapa yang memegang kendali kereta itu?”
 
Zi Lu menjawab, “Kong Qiu (nama kecil Nabi)”.
 
Chang Ju berkata lagi, “Apakah ia Kong Qiu dari negeri Lu?”
 
“Benar”, Jawab Zi Lu.
 
“Kalau begitu ia telah tahu di tempat mana sungai itu bisa diseberangi!”
 
Zi Lu lalu bertanya pada Jie Ni.
 
Jie Ni balas bertanya, “Siapakah Tuan?”
 
“Zhong You.”
 
“O, penganut Kong Qiu dari negeri Lu itu?”

“Banjir sudah melanda segala sesuatu di dunia ini, siapakah yang dapat memperbaiki? Daripada engkau mengikuti orang yang hendak menyingkiri orang-orang jahat dengan pergi ke tempat-tempat lain, bukankah lebih baik ikut aku menyingkiri masyarakat?” Lalu, ia melanjutkan pekerjaannya.
 
Zi Lu melaporkan hal itu ke Nabi Kongzi.
 
Nabi Kongzi merenung sesaat dan bersabda, “Kita manusia, tidak dapat hanya hidup bersama burung dan binatang. Bukankah aku ini manusia? Jika aku tidak berkumpul dengan manusia, dengan siapa aku akan berkumpul? Kalau dunia dalam dao, Qiu tidak usah berusaha memperbaikinya.”
—Lunyu XVIII: 6

Pada saat Dongzhi, umat Konghucu melakukan persembahyangan Genta Rohani, untuk mengenang dan meneladani upaya Nabi mengetuk hati umat manusia agar hidup dalam dao. Sehingga saat Dongzhi dikenal pula sebagai hari Genta Rohani.

Pada hari suci ini kita pun memperingati hari wafat Yasheng Mengzi (372 SM – 289 SM) yang berpulang pada hari ini meninggalkan nama harum dan terlebih lagi berhasil menegakkan dao Nabi dari upaya-upaya pengaburan.

Dengan demikian saat Dongzhi kita bersembahyang mengucap syukur dan harapan kehadirat Shang Di, Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai tuntunan Kitab Suci, beriringan dengan kehangatan jiwa kita menerima suara gema Genta Rohani, penyedar hidup serta memperingati hari wafat Mengzi Sang Penegak.

Cukupkah saat Dongzhi ini umat Konghucu sekedar makan ronde? 

 Kalau orang lain hanya sekedar memaknai begitu, adalah bijak bila kita tidak ikut-ikutan. (US) 21122021


Catatan:
Penanggalan Kongzili seperti juga Zhou Li adalah penanggalan Yin Yang (Lunisolar), memadukan perhitungan bulan mengelilingi bumi dan bumi mengelilingi matahari. Dongzhi dihitung berdasarkan peredaran bumi mengeliling matahari.

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG