MENUNGGU BERMUTU


Salam Kebajikan, 
惟德動天,
Maka Jalan Suci seorang Junzi menuntut diri sendiri sebagai pokok. Dinyatakan itu kepada rakyat banyak; diujikan itu kepada hukum Tiga  Raja yang lalu, agar tiada kesalahan; ditegakkan  di antara langit dan bumi agar tidak bertentangan; dan dinyatakan itu kehadapan Tuhan Yang Maha Rokh sehingga tiada keraguan. Maka walaupun harus  menunggu beratus zaman serta  munculnya seorang Nabi baru, tidak merasa was-was.

Dinyatakan itu kepada Gui Shen sehingga  tiada keraguan, itu menunjukkan ia mengenal Tian. Walaupun harus menunggu beratus jaman hingga munculnya seorang Nabi baru, tidak merasa was-was; itu menunjukkan bahwa ia mengenal manusia.
 
—Zhongyong XXVIII: 3-4

Kududuk di kursi ini.
Di tepian jalan tempat orang berlalu lalang.
Kemana mereka menuju, mengapa, 
dan untuk apa mereka berada hanya kuserap sekena yang ada.

Sesekali tanpa sengaja ku lihat sejuta rona, 
suka dan nestapa pada wajah-wajah mereka.
Diiringi desah nafas, tawa kecil, 
dan suara-suara yang menyapa telingaku walau tak kuminta.

Hatiku mengeluarkan suara menerka-nerka tanpa sengaja.
Disinilah ku berada, di antara langkah mereka.
Menunggu sesuatu yang dapat memicu jemu.
Kenapa pula jemu saat tahu mengapa dan untuk apa menunggu?

Kini kududuk di kursi lain yang berbeda.
Tak ada lagi lalu lalang langkah di depanku.
Yang ada suara putaran roda berseling, 
suara mesin dan berisik suara klakson menyapa telingaku.

Sesekali mataku mencoba menangkap, 
makna suara yang terdengar. 
Agar ku tahu suasana sekitar,
dan tak terpenjara oleh gawai di tanganku.

Kalbuku berkata-kata menilai suasana.
Disinilah ku berada, di jalanan.
Aku menuju ke tempat lain menggenapi mengapa dan untuk apa yang berbeda
Kenapa pula aku harus berkeluh gerutu dan jemu menunggu?

Sebentar lagi dan nanti dan nanti kuperlu alas, 
kursi bebatuan atau apapun di dalam gedung, taman, selasar, 
atau dalam kendara untuk duduk, untuk menunggu
Dalam mengapa dan untuk apa yang berbeda, dalam suasana hati tak tentu sama.

Bukankah kehidupan bukan cuma langkah dan karya tapi juga menunggu?
 
Menunggu itu perlu
Menunggu itu rindu
Menunggu itu melatih kalbu
Menunggu itu tentu

Untuk apa kelu?
Bagaimana kamu?
Siap menunggu? (US) 14122021

Postingan populer dari blog ini

SEMBAHYANG ARWAH (TAFSIR)

KING HOO PING (JING HAO PENG, JING HE PING)

KETELADANAN KEBAJIKAN GUAN GONG